4 Kitab Usul Fikih Pertama Karya Ulama Nusantara

Budaya menulis karya bagi ulama Nusantara sudah ada sejak masa penyebaran Islam di Nusantara mulai masif. Pada abad 15 M dan 16 M, umumnya tema yang dominan diusung adalah ilmu tasawuf. Hal ini tidak menafikan adanya karya bertema fikih dan tauhid.

Pada umumnya, karya tulis yang lahir di dua abad ini berupa tembang, serat, suluk dan syair. Karya berupa tebang seperti tembang tombo ati karya Sunan Bonang dan tembang Lir Ilir karya Sunan Kalijaga. Karya berupa serat seperti Serat Wijil karya Sunan Bonang dan Serat Dewa Ruci karya Sunan Kalijaga. Adapun karya berupa suluk seperti Suluk Abdul Jalil karya Syekh Siti Jenar, Suluk Linglung karya Sunan Kalijaga, Suluk Sunan Kudus dan Suluk Malang Sumirang karya Sunan Panggung. Sementara karya berbentuk Syair seperti karya-karya Syekh Hamzah Fansuri, Ruba’i Hamzah Fansuri, dan Asrar Al-‘Arifin. Syekh Syamsuddin As-Sumatrani juga memiliki karya berjudul Syarh Ruba’i Hamzah Fansuri.

Pada abad 17 M, tema tauhid dan fikih mulai memasuki panggung bersama tema tasawwuf. Di antara kitab tauhid yang dikarang di abad ini adalah Durrah Al-Faraid bi Syarhi Al-‘Aqaid karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Sementara kitab fikih yang telah dikarang di abad ini seperti Ash-Shirath Al-Mustaqim karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan Mir’at Ath-Thullab karya Syekh Abdurrauf As-Singkili. Karya kitab tasawuf juga masih dominan di abad ini, sebut saja Tanbih Al-Masyi karya Syekh Abdurrauf As-Sinkili dan karya-karya Syekh Yusuf Al-Makassari, seperti Zubdah Al-Asrar, Taj Al-Asrar, dan Sirr Al-Asrar. Di abad ini karya tulis bertema tafsir dan hadits juga sudah mulai muncul.

Pada abad 18 M, tiga disiplin ilmu yang telah disebut di atas semakin ramai dikarang. Dalam bidang fikih muncul kitab Sabil Al-Muhtadin karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Dalam bidang tauhid ada kitab Tuhfah Ar-Raghibin dan Ushul Ad-Din karya ulama yang sama. Dalam bidang Tasawwuf ada kitab Ad-Durr An-Nafis dan Kanz As-Sa’adah karya Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari. Sementara dalam bidang tauhid, fikih, dan tasawuf ada kitab Hidayah Al-Muhtadin dan Siyar As-Salikin karya Syekh Abdushshamad Al-Palimbani.

Pada empat abad ini, ulama Nusantara telah melahirkan banyak karya. Namun, karya yang ditulis masih seputar ilmu pokok agama Islam, yaitu tauhid, fikih, dan tasawuf. Meski demikian, ilmu yang berkaitan dengan dua sumber pokok Islam juga sudah lahir. Dalam bidang tafsir telah lahir kitab Tarjuman Al-Mustafid karya Syekh Abdurrauf As-Singkili. Sementara dalam bidang hadits ada kitab Al-Mawa’izh Al-Badi’ah dan Syarh Lathif ‘Ala Al-Arba’in Haditsan Li Al-Imam An-Nawawi, keduanya merupakan karya Syekh Abdurrauf As-Singkili.

Pada abad 19 M, karya ulama Nusantara semakin beragam dan multidisipliner. Terlebih lagi, para ulama yang namanya begitu kondang di kalangan muslimin di Nusantara juga hidup di abad ini, sebut saja Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Syekh Khalil Al-Bangkalani, Syekh Shalih Darat Semarang, Syekh Ahmad Khathib Sambas, Syekh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi, Syekh Mahfudz Termas, Syekh Abdulhamid Kudus, dan masih banyak lagi. Perkembangan menonjol dalam dunia karya tulis abad ini ditandai dengan lahirnya karya-karya ilmu alat, seperti tajwid, nahwu, sharaf, dan balaghah. Karya tulis yang dimaksud seperti Hilyah Ash-Shibyan dalam ilmu tajwid, Kasyf Al-Muruthiyyah dalam ilmu nahwu, Al-Fushush Al-Yaqutiyyah dalam ilmu sharaf dan Lubab Al-Bayan dalam ilmu balaghah. Kesemuanya merupakan karya Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani.

Di samping ilmu-ilmu di atas, ilmu usul fikih juga lahir di abad ini. Meski terhitung langka di abad ini, ilmu usul fikih mendapatkan perhatian dari sejumlah ulama di abad selanjutnya. Berikut adalah empat kitab usul fikih pertama karya ulama Nusantara :

1.     Hasyiyah An-Nafahat ‘Ala Syarh Al-Waraqat

Kitab ini merupakan hasyiyah atas syarah Imam Al-Mahalli atas kitab Al-Waraqat. Kitab Al-Waraqat sendiri ditulis oleh Imam Al-Haramain yang bernama lengkap Abu Al-Ma’ali Abdulmalik bin Abdullah bi Yusuf Al-Juwaini (419-478 H). Kitab ini berisi tentang dasar-dasar ilmu usul fikih dan biasanya dijadikan sebagai bahan ajar untuk pemula.

Kitab Al-Waraqat diberi syarah oleh sejumlah ulama dan yang paling mendalam adalah Syekh Jalaluddin Al-Mahalli (791-864 H). Hanya saja kedalaman isinya tidak bisa dinikmati begitu saja oleh setiap pembacanya. Sehingga banyak ulama yang memberikan hasyiyah terhadap syarah ini.

Di antara hasyiyah yang mampu mengantarkan pembaca menikmati kedalaman syarah Al-Mahalli adalah Hasyiyah An-Nafahat karya Syekh Ahmad bin Abdullathif Al-Khathib Al-Minangkabawi (26 Juni 1860 M-9 Oktober 1915 M / 6 Dzulhijjah 1276 H-9 Jumada Ula 1334 H). Beliau lahir di Koto Tuo, Sumatera Barat pada tahun 1860 M (1276 H). Pada tahun 1871 M, ayahnya membawanya ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji dan membiarkannya untuk tetap tinggal di sana guna mendalami ilmu agama. Kepakarannya dalam bidang agama mengantarkannya menjadi imam Masjid Al-Haram dan menjadi pengajar di sana.

Di antara ilmu yang digandrungi dan kemudian diajarkan di Masjid Al-Haram oleh Syekh Ahmad Al-Khathib adalah ilmu usul fikih. Dari pengajian ini, lahirlah kitab Hasyiyah An-Nafahat ini. Kitab ini selesai ditulis pada 25 Ramadan 1306 H (25 Mei 1889 M). Sehingga kitab ini menjadi kitab usul fikih pertama yang lahir dari tangan ulama Nusantara.

Resensi

Kumpulan ulasan buku dan kitab menarik dapat teman-teman baca

di sini

2.     Al-Aqwal Al-Mulhaqat ‘Ala Mukhtashar Al-Waraqat

Kitab ini merupakan syarah atas Mukhtashar Al-Waraqat karya Syekh Abu Al-Hasan Al-Bakri, guru Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami. Ringkasan kitab Al-Waraqat ini kemudian diberi syarah oleh Syekh Abdulhaq bin Abdulhannan Al-Bantani (tahun 1868 - 12 Juni 1906 M / tahun 1285-19 Rabiul Akhir 1324 H).

Syekh Abdulhaq lahir di Kota Makkah. Beliau merupakan murid sekaligus cucu Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani. Ibunya, Ruqayyah merupakan putri Syekh Nawawi. Sehingga beliau sering dijuluki sebagai Sibth Nawawi (Cucu Nawawi). Di samping cerdas, beliau juga dikenal sebagai pemuda yang saleh dan senantiasa menyibukkan diri dengan beribadah dan mengajar. Di samping ahli di bidang usul fikih dan sharaf, beliau juga dikenal ahli dalam bidang Al-Quran, falak, dan fikih.

Kitab ini selesai ditulis pada malam selasa setelah salat ‘Isya 24 Rabiul Akhir 1318 H (20 Agustus 1900 M). Dengan demikian, kitab ini merupakan kitab usul fikih kedua yang lahir dari tangan dingin ulama Nusantara.

3.     Lathaif Al-Isyarat ila Syarh Tashil Ath-Thuruqat

Kitab ini merupakan syarah atas kitab Nazhm Al-Waraqat yang berjudul Tashil Ath-Thuruqat karya Syekh Syarafuddin Yahya Al-‘Amrithi. Kitab syarah ini ditulis oleh Syekh Abdulhamid (1961-1915 M / 1277-1334 H) bin Muhammad Ali Al-Quds yang berasal dari Kudus. Syekh Abdulhamid sendiri lahir di Kota Makkah pada 1277 H (1961 M). Ayahnya merupakan seorang ulama asal Kudus yang bermukim dan berkiprah di Kota Makkah.

Kitab Lathaif Al-Isyarat selesai ditulis pada senin 12 Rabiul Awal 1326 H (14 April 1908 M) tepat di hari dan tanggal lahirnya Nabi Muhammad SAW. Sehingga kitab ini merupakan kitab usul fikih ketiga yang lahir dari tangan ulama Nusantara.

4.     Is’af Al-Muthali’ bi Syarh Al-Badri Al-Lami’ Nazhm Jam’i Al-Jawami’

Kitab ini merupakan syarah kitab Al-Badru Al-Lami’ yang merupakan Nazhm Jam’u Al-Jawami’ karya Syekh Al-Usymuni. Jam’u Al-Jawami’ sendiri merupakan karya Syekh Tajuddin As-Subki (w. 771 H). Adapun syarah atas nazamnya, yaitu Is’af Al-Muthali’ ditulis oleh Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tarmasi (31 Agustus 1868 M - 20 Mei 1920 M/ 12 Jumada Ula 1285 H -1 Ramadhan 1338 H).

Kitab syarh ini ditulis mulai jumat 6 Rabiul Awwal 1325 H (19 April 1907 M). kitab ini ditulis di kota Makkah dan sebagian ditulis di Arafah dan Mina saat menunaikan ibadah haji. Pada jumat pagi 14 Rabiul Akhir 1326 H (15 Mei 1908 M) kitab ini berhasil rampung ditulis. Dengan demikian, syarah Nazhm Jam’u Al-Jawami’ ini merupakan kitab usul fikih keempat yang lahir dari tangan ulama Nusantara.

Sebenarnya masih ada satu lagi kitab usul fikih karya Syekh Mahfudz At-Tarmasi, yaitu Nail Al-Ma’mul. Karena belum diketahui kapan kitab ini selesai ditulis, penulis tidak berani memasukkannya dalam daftar kitab urutan kelima. Sebab pada tahun 1914 M, kitab Sullam Al-Ushul karya Haji Rasul, murid Syekh Ahmad Al-Khathib Al-Minangkabawi dan ayah Hamka, juga telah selesai. Sehingga ada kemungkinan Nail Al-Ma’mul menempati urutan keenam.

Demikian adalah empat kitab usul fikih pertama karya ulama Nusantara. Alhamdulillah semua kitab di atas sudah dicetak dan dapat dinikmati khalayak umum. Wallahu A’lam Bishshawab...


💡
Baca juga artikel lain di rubrik MOZAIK atau tulisan menarik Munawar Ahmad