6 Jenis Kitab Sirah Nabawiyyah dalam Khazanah Islam

Bulan Rabi’ul Awwal merupakan bulan yang sangat istimewa. Sebab, di bulan ini, makhluk yang paling istimewa, yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Sudah selayaknya seluruh umat bergembira merayakan kelahiran Sang Pembawa Rahmat dan Kedamaian bagi seluruh alam. Shallallahu alaihi wa sallam.

Selain sebagai momen untuk berbahagia dan bersyukur, bulan urutan ketiga dalam kalender Islam ini juga menjadi momentum untuk menghayati peri kehidupan makhluk agung tanpa tara, Baginda Rasulullah SAW. Kehidupannya penuh dengan pelajaran, teladan, dan hikmah sejati. Sungguh benar keterangan Al-Quran bahwa ia adalah teladan baik bagi kalian. Sebab, perilakunya adalah Al-Quran, sebagaimana perkataan Sayyidah Aisyah RA.

Untuk bisa menghayati kehidupan Rasulullah SAW, kita harus mengenalnya terlebih dahulu. Untuk lebih dekat mengenal, kita perlu membaca kisah seri kehidupannya lebih dalam lagi. Kitab yang berisi kisah kehidupan Rasulullah SAW sering disebut dengan Sirah Nabawiyyah. Bulan ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk memperbanyak membaca dan mendarasnya.

Pada awalnya, materi Sirah Nabawiyyah merupakan bagian dari materi hadits yang lebih luas. Kemudian, materi ini mulai dikumpulkan dan dirangkai dengan baik sehingga membentuk sebuah susunan indah yang memuat kisah kehidupan Rasulullah secara khusus dari awal sampai akhir. Adapun tokoh yang pertama kali membukukan secara khusus adalah Imam Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (w. 124 H), guru Imam Malik (w. 169 H) dan Imam Ibnu Ishaq (w. 151 H), sang penulis kitab sirah yang sangat terkenal.

Setelah Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri dan muridnya, Imam Ibnu Ishaq, penulisan kitab Sirah Nabawiyyah dilanjutkan oleh Imam Abdulmalik bin Hisyam (w. 218 H). Beliau mengambil materi dari kitab Sirah Ibnu Ishaq dan kemudian disunting dan diringkas menjadi kitab yang sering kita sebut sebagai Sirah Ibnu Hisyam. Selain Imam Ibnu Hisyam, adapula tokoh lain sezaman yang menulis kitab dengan tema yang sama, yaitu Imam Muhammad bin Umar bin Waqid As-Sahmi (w. 207 H). Beliau lebih dikenal dengan nama Imam Al-Waqidi.

Pada abad ketiga atau akhir abad kedua, penulisan Sirah Nabawiyyah mulai menemui ragam jenis dan kedetailan tema. Sebagian penulis ada yang fokus menulis tentang tema akhlak dan bentuk fisik Rasulullah SAW. Sebagian lagi ada yang fokus menghimpun mukjizat-mukjizatnya dan tema-tema khusus lainnya. Berikut adalah sebagian ragam jenis kitab Sirah Nabawiyyah dengan tema-tema khusus:

1.        Kitab Asy-Syamail

Kata Asy-Syamail sendiri merupakan bentuk jamak dari Asy-Syamilah yang memiliki arti akhlak, perilaku, sifat, dan watak. Sehingga kitab yang bertema Asy-Syamail ini menghimpun akhlak, perilaku, watak, dan sifat Rasulullah SAW, baik yang berupa pekerti maupun fisik. Di antara kitab yang bertema ini adalah kitab Asy-Syamail An-Nabawiyyah wa Al-Khashaish Al-Mushthawiyyah yang kemudian lebih dikenal dengan nama Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah karya Imam Abu Isa At-Tirmizi (w. 279 H). Barangkali kitab ini adalah kitab pertama yang bertema seperti di atas dengan mengambil kata Asy-Syamail sebagai nama, meskipun sebelumnya sudah ada sejumlah kitab dengan tema yang sama, seperti kitab Shifah An-Nabi karya Abu Al-Bukhturi Al-Asadi (w. 200 H), Shifah An-Nabi karya Abulhasan Al-Madaini (w. 224 H), Al-Adab Al-Mufrad karya Imam Al-Bukhari (w. 256 H), Shifah Akhlaq An-Nabi karya Imam Dawud Azh-Zhahiri. Dari sejumlah kitab di atas, yang bisa kita jumpai sekarang adalah kitab Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah dan Al-Adab Al-Mufrad.

Pada abad ke empat terdapat kitab Syamail An-Nubuwwah karya Syekh Al-Qaffal Asy-Syasyi (w. 365 H) dan Akhlak An-Nabi wa Adabuhu karya Imam Abu Asy-Syaikh Al-Asbihani (w. 369 H). Selanjutnya, pada abad kelima terdapat kitab Syaraf Al-Mushthafa karya Syekh Abu Sa’d An-Naisaburi (w. 406 H) dan kitab Syamail An-Nabi karya Syekh Abu Al-Abbas Al-Mustaghfiri (w. 432 H). Pada abad keenam terdapat kitab Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq Al-Mushthafa karya Al-Qadhi ‘Iyadh Al-Yahshubi (w. 544 H) dan kitab Al-Wafa bi Ahwal Al-Mushtafa karya Ibnu Al-Jauzi (w. 597 H).

Penulisan kitab bertema Asy-Syamail terus berlanjut hingga hari ini, baik berupa kitab baru maupun syarah dari kitab sebelumnya. Semua kitab yang disebutkan di atas yang ditulis pada abad ketiga hingga keenam sudah diterbitkan dan bisa dikonsumsi publik. Adapun karya yang ditulis pada abad ketiga yang terbit baru Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah dan Al-Adab Al-Mufrad. Sebenarnya tema Asy-Syamail juga bisa kita jumpai di kitab-kitab hadis seperti Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, dan yang lainnya. Hanya saja belum tersaji dalam satu kitab khusus sebagaimana dijelaskan di atas.

2.     Kitab Ad-Dalail

Kata Ad-Dalail merupakan bentuk jamak dari dalil atau dalalah yang memiliki arti tanda. Karena arti inilah kemudian sebagian kitab ada yang mengambil nama A’lam –yang memiliki arti tanda- sebagai judul. Adapun yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda kenabian yang lazim disebut dengan mukjizat. Dari sini kita bisa memahami bahwa kitab yang bertema Ad-Dalail atau A’lam ini memuat penjelasan mukjizat-mukjizat Rasulullah SAW secara khusus. Selain itu, kitab dengan tema ini juga berisi pembahasan mengenai tanda yang menunjukkan akan keagungan dan kebesaran Rasulullah SAW.

Barangkali kitab dengan nama Dalail An-Nubuwwah yang paling terkenal adalah karya Imam Al-Baihaqi (w. 458 H). Sejatinya, kitab dengan nama yang sama jumlahnya sangat banyak, di antara yang ditulis pada abad ketiga adalah karya Imam Abu Daud As-Sijistani (w. 275 H), Ibnu Qutaibah Ad-Dinawari (w. 276 H), Ibnu Abi Ad-Dunya (w. 281 H), Ibrahim Al-Harbi (w. 285 H).

Selanjutnya pada abad keempat terdapat Syekh Ibrahim bin Hammad Al-Baghdadi (w. 320 H), Syekh Abu Hammad Al-‘Assal (w. 349 H), Syekh Abu Asy-Syaikh Al-Ashbihani (w. 369 H), Ibnu Mandah (w. 395 H).

Biografi

Sepilihan riwayat hidup para tokoh dapat teman-teman temukan

di sini

Pada abad kelima terdapat Imam Abu Nu’aim Al-Ashbihani (w. 430 H), Syekh Abu Al-‘Abbas Al-Mustaghfiri (w. 432 H), dan Imam Al-Baihaqi. Semua ulama yang disebutkan menulis kitab dengan nama Dalail An-Nubuwwah. Berbeda dengan itu semua, Imam Abulhasan Al-Mawardi (w. 450 H) justru memberi nama kitab anggitannya yang memiliki tema yang sama dengan A’lam An-Nubuwwah. Demikian juga Ibnu Qutaibah Ad-Dinawari yang telah disebut di atas, kitabnya diterbitkan dengan nama A’lamu Rasulillah SAW. Semua kitab yang disebutkan di atas yang ditulis di abad kelima telah diterbitkan. Begitu juga dengan kitab tulisan abad ketiga yang disebutkan terakhir.

3.      Kitab Al-Khashaish

Al-Khashaish merupakan bentuk jamak dari Khashishah yang berarti sifat khusus yang hanya dimiliki oleh satu orang, benda atau yang lain. Kitab Al-Khashaish berisi hal-hal yang hanya dimiliki oleh Rasulullah SAW, baik berkaitan dengan hukum maupun yang lainnya, baik di dunia maupun di akhirat. Kitab dengan tema ini biasanya juga memuat khashaish yang dimiliki umat Rasulullah SAW.

Di antara kitab yang bertema ini adalah Nihayah As-Sul fi Khashaish Ar-Rasul karya Al-Hafidz Abu Al-Khaththab bin Dihyah Al-Kalbi (w. 633 H), Syamail Ar-Rasul wa Dalail Nubuwwatihi wa Fadhailihi wa Khashaishihi karya Ibnu Katsir (w. 774 H), Ghayah As-Sul fi Khashaish Ar-Rasul karya Ibnu Al-Mulaqqin (w. 804 H), dan Kifayah Ath-Thalib Al-Labib fi Khashaish Al-Habib karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H). Adapun yang pertama kali mengemukakan pembahasan Al-Khashaish adalah Imam Asy-Syafi’i (w. 204 H). Sementara yang pertama menuliskan secara khusus dalam satu kitab adalah Al-Hafizh Ibnu Dihyah Al-Kalbi yang telah disebut di atas.

4.     Kitab Al-Fadhail

Al-Fadhail adalah bentuk jamak dari Al-Fadhilah yang memiliki arti keutamaan. Sehingga kitab yang betema Al-Fadhail ini merupakan himpunan dari keutamaan-keutamaan Rasulullah SAW. Sebetulnya penjelasan tentang fadhail ini adalah sejumlah materi yang terdapat dalam Asy-Syamail, Ad-Dalail, dan Al-Khashaish yang menjadikan Rasulullah SAW makhluk unggul dan utama. Hanya saja jenis ini kemudian ditulis secara khusus dalam sebuah karya. Maka wajar jika sebagian ulama menuliskan empat hal ini secara bersamaan, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Katsir dalam kitab yang telah disebutkan dalam pembahasan Al-Khashaish. Sebenarnya kitab Ibnu Katsir ini adalah bagian dari kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah. Kemudian juz ini diterbitkan secara khusus dengan judul seperti disebutkan di atas.

Di antara karya yang membahas khusus tentang Al-Fadhail adalah Syekh Izzuddin Ibnu Abdissalam (w. 660 H). Beliau memiliki karya berjudul Bidayah As-Sul fi Tafdhil Ar-Rasul. Di dalam kitab ini, Syekh Izzuddin Ibnu Abdissalam menyebutkan 40 keutamaan yang menjadikan Rasulullah SAW mengungguli seluruh makhluk lain.

5.     Kitab Al-Mawalid

Al-Mawalid merupakan jamak dari maulid yang berarti waktu kelahiran. Kitab jenis ini menghimpun keterangan tentang kelahiran Rasulullah SAW dan hal-hal yang meliputinya. Tidak jarang pula yang kemudian menjelaskan sirah secara singkat.

Kitab Al-Mawalid sangat banyak sekali. Semenjak pertama kali ditulis oleh Al-Hafizh Ibnu Dihyah Al-Kalbi (w. 633 H), kitab jenis tidak berhenti ditulis hingga hari ini. Kitab jenis inilah yang paling banyak dibaca saat perayaan Maulid Nabi. Mungkin kitab yang paling terkenal di Indonesia adalah Ad-Diba’, Al-Barzanji, dan Simth Ad-Durar.

6.     Kitab Al-Madaih

Al-Madaih merupakan jamak dari kata Al-Madih yang memiliki arti pujian berupa ucapan. Kitab jenis ini menghimpun pujian-pujian kepada baginda Rasul SAW, baik berupa prosa (natsar) maupun syair-berima (nazham). Di antara karya jenis ini adalah Qashidah Al-Burdah yang bertajuk asli Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Madhi Khair Al-Bariyyah karya Imam Al-Bushiri (w. 686 H) dan Busyra Al-Labib Bi Dzikra Al-Habib karya Ibnu Sayyidinnas (w. 734 H).

Kitab bertema Al-Madaih merupakan campuran dari kelima jenis kitab yang disebutkan sebelumnya. Hal ini sebab materinya diambil dari kitab tersebut. Hanya saja biasanya bahasa yang dipilih telah digubah dengan seindah mungkin. Sehingga mutiara-mutiara materinya dirangkai menjadi satu karya indah bagaikan seuntai kalung yang indah berkilau.

Demikianlah sebagian ragam jenis karya yang berkaitan dengan Sirah Nabawiyyah. Semoga kita diberi taufik untuk bisa membaca dan memahaminya. Sehingga kita bisa menghayati dan meneladani panutan agung yang menjadi rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam semesta. Amiin..


💡
Baca juga artikel lain di rubrik MOZAIK atau tulisan menarik Munawar Ahmad