Skip to content

Kemukjizatan Al-Quran di Balik Rasm 'Utsmani

Penulisan Al-Quran berbeda dengan penulisan bahasa Arab secara umum. Di balik Rasm 'Utsmani tersimpan mukjizat Al-Quran serta kedalaman maknanya.

FOTO Ilustrasi mushaf Al-Quran (The Dancing Rain/Unsplash)
FOTO Ilustrasi mushaf Al-Quran (The Dancing Rain/Unsplash)

Tulisan dan lisan kerap sekali disejajarkan. Sebab, keduanya mempunyai fungsi yang sama, yakni sebagai sarana untuk menyampaikan maksud. Maka wajar jika keduanya menjadi bagian dari rumpun ilmu bahasa. Hal ini berlaku untuk seluruh bahasa termasuk bahasa Arab.

Dalam bahasa Arab, ilmu yang membahas kaidah tulisan dikenal dengan nama ilmu khat. Ilmu ini sering bersandingan dengan ilmu sharaf, bahkan juga dengan ilmu nahwu. Jika kita membaca kitab Asy-Syafiyah karya Imam Ibnu Al-Hajib, kita akan menemukan pembahasan ilmu khat disandingkan dengan ilmu sharaf. Namun, jika kita membaca Alfiyyah karangan Imam As-Suyuthi kita akan mendapati tiga ilmu cabang bahasa Arab saling berdampingan satu sama lain. Tiga ilmu tersebut adalah ilmu nahwu, sharaf, dan khat.

Sepercik Tata Krama Para Ulama Nahwu
Laku ulama yang penuh tata krama patut menjadi teladan bagi masyarakat muslim. Dalam memilih istilah, para ahli nahwu menjaga betul sikap santun.

Pada hakikatnya, tulisan adalah petunjuk apa yang diucapkan oleh lisan. Sedangkan apa yang diucapkan oleh lisan merupakan petunjuk apa yang ada di dalam hati. Dari sini kita bisa memahami bahwa maksud daripada terciptanya bahasa adalah sebagai sarana komunikasi antar sesama.

Dalam bahasa Arab, kaidah penulisan aksara Arab mendapatkan perhatian dari banyak ulama, baik ulama dahulu maupun kontemporer. Imam Ibnu Al-Hajib dan Imam As-Suyuthi merupakan satu dari contoh ulama masa lampau yang memberikan perhatian terhadap ilmu ini. Di masa modern, kita bisa mendapati nama-nama seperti Syekh Abdussalam Harun lewat karyanya Qawa'id Al-Imla', Syekh Muhammad Syakir lewat karyanya Khulashah Al-Imla', dan masih banyak lagi. Namun, perlu diketahui bahwa kitab di atas merupakan kitab yang membahas kaidah penulisan bahasa Arab secara umum.

Adapun Al-Quran, meskipun menggunakan bahasa Arab, ia mempunyai kaidah penulisan yang sedikit berbeda. Penulisan dalam Al-Quran sering disebut dengan istilah rasm 'utsmani, atau yang lainnya, yaitu rasm imla'i.

Secara garis besar, kaidah penulisan rasm utsmani sama dengan kaidah penulisan bahasa Arab secara umum. Namun, dalam beberapa tempat terdapat sedikit perbedaan antara keduanya. Perbedaan ini sering disebut dengan Khushushiyyat Ar-Rasm Al-'Utsmani li Al-Mushhaf Asy-Syarif atau Karakteristik Rasm 'Utsmani Bagi Mushaf yang Mulia. Karakteristik ini merupakan salah satu kemukjizatan Al-Quran. Sehingga, di samping dilihat dari sisi lafal dan susunannya, kemukjizatan Al-Quran juga bisa dilihat dari sisi penulisannya. Di era modern ini, salah satu ulama Al-Azhar yang banyak menyoroti kemukjizatan Al-Quran melalui tulisannya adalah Syekh Abdul'azhim Al-Math'ani (w. 1980 M). Beliau memaparkan penelitiannya melalui kitab yang berjudul Lathaif wa Asrar Khushushiyyat Ar-Rasm Al-'Utsmani li Al-Mushhaf Asy-Syarif.

Penulisan mushaf dengan kaidah rasm 'utsmani yang mengandung nilai mukjizat ini merupakan tauqifi (tuntunan), menurut jumhur ulama. Ia merupakan rahasia Allah SWT yang dititipkan dalam kitab-Nya. Ia juga didasarkan atas perintah Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat yang ditugaskan menulis wahyu. Mereka menuliskan Al-Quran sesuai dengan arahan Nabi dalam masalah bentuk tulisannya, tanpa mengurangi ataupun menambahnya, sehingga para sahabat ataupun yang lainnya hanya mengikuti arahan Nabi SAW tanpa ada kontribusi apapun selain menuliskan sesuai perintah.

Al-Quran

Kumpulan tulisan dengan kata kunci Al-Quran dan cabang ilmunya bisa teman-teman temukan

di sini

Penulisan dengan rasm 'utsmani diambil dari dokumen kenabian yang tersimpan di rumah Rasulullah SAW pasca beliau wafat. Kemudian sahabat 'Ustman bin Affan menyalinnya. Pada fase selanjutnya, seluruh mushaf ditulis berdasarkan salinan sahabat 'Utsman bin Affan. Oleh karena itu, kaidah penulisan ini dikenal dengansebutan rasm 'utsmani.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata, "Haram hukumnya menyalahi tulisan mushaf 'Utsman." Imam Malik juga pernah ditanya tentang apakah mushaf boleh ditulis dengan tulisan biasa yang beredar sekarang di kalangan masyarakat. Beliau menjawab, "Tidak boleh, kecuali sesuai dengan penulisan mushaf yang pertama".

Banyak ulama memberikan perhatian besar terhadap rahasia rasm 'utsmani. Di antara ulama yang dimaksud adalah Syekh Abul Abbas Ahmad bin Al-Banna Al-Marrakisyi (w. 721 H) melalui karyanya 'Unwan Ad-Dalil Min Marsum Khat At-Tanzil. Di dalamnya, beliau menjelaskan bahwa perbedaan tulisan (pada mushaf) didasarkan pada perbedaan makna. Para penulis wahyu tidak asal menulis. Mereka menuliskan mushaf sesuai dengan arahan dan perintah.

Pada generasi selanjutnya, Syekh Badruddin Az-Zarkasyi (w. 794 H) dalam kitab Al-Burhan banyak menukil dari apa yang telah ditulis oleh Ibnu Al-Banna terkait masalah rasm. Imam As-Suyuthi (w. 911 H) dalam Al-Itqan juga banyak membahas masalah rasm 'utsmani. Jika kita tarik mundur ke belakang, kita akan menemukan nama-nama seperti Imam Abu 'Amr Ad-Dani (w. 444 H), Imam Asy-Syathibi (w. 590 H), dan Imam Al-Kharraz (w. 718 H) yang telah berkontribusi besar dalam menjelaskan rasm 'utsmani.

Sebagaimana disinggung di atas, karakteristik penulisan ala rasm 'utsmani mengandung nilai mukjizat. Di antara karakteristik ini adalah penulisan huruf ta'. Dalam beberapa tempat, ia ditulis secara tertutup (marbuthah ة), sedang dalam tempat yang lain ia ditulis dengan terbuka (mabsuthah ت). Padahal, kata yang ditulis adalah kata yang sama.

Sebagai contoh, misalkan lafal rahmah. Secara asal, ia ditulis dengan ta' yang tertutup atau marbuthah (رحمة). Namun, dalam tujuh tempat di dalam mushaf, ia ditulis dengan ta' yang terbuka atau mabsuthah (رحمت), sebagaimana dijelaskan oleh Imam Abu 'Amr Ad-Dani dalam kitab Lathaif-nya.

Mengenal Kitab Tafsir Karangan Syekh Muhammad Al-Maraghi
Tafsir Al-Maraghi sudah cukup dikenal khalayak. Namun, ada Al-Maraghi lain yang juga mempunyai sebuah kitab tafsir dan diterbitkan oleh Al-Azhar.

Pertanyaannya, bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Apa rahasia di balik penulisan tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak penjelasan Syekh Abdul'azhim Al-Math'ani. Beliau menjelaskan bahwa penulisan ta' marbuthah pada lafaz rahmah (رحمة), meski itu merupakan cara penulisan yang asal, namun ia memiliki makna tersendiri. Makna yang dimaksud adalah makna sebagai nama (rahmat sebagai kebalikan dari azab). Artinya, kata rahmah mempunyai arti sederhana, tanpa ada tambahan arti lain. Sedang makna yang dibawa oleh kata rahmah dengan menggunakan ta' mabsuthah (رحمت) adalah rahmat khusus. Artinya, rahmat yang dimaksud bukan sekedar rahmat biasa, akan tetapi rahmat yang disertai makna lain.

Jika kata rahmah dengan ta' marbuthah (رحمة) memiliki arti umum, di mana artinya meliputi rahmat yang disimpan di sisi Allah SWT dan rahmat yang telah dirasakan oleh umat manusia dalam kehidupannya, maka kata rahmah dengan ta' mabsuthah (رحمت) hanya memiliki arti rahmat yang telah nyata dirasakan oleh umat manusia.

Contoh rahmat yang pertama seperti dalam firman Allah SWT:
وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُون - سورة آل عمران : ١٠٧

Rahmat yang terdapat dalam ayat di atas bermakna surga. Surga merupakan rahmat yang masih disimpan.

Sedang contoh rahmat yang kedua seperti rahmat dalam firman Allah SWT:
إنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ -  سورة البقرة : ٢١٨

Rahmat yang dimaksud dalam ayat kedua ini adalah rahmat yang saat ini bisa dirasakan.

Memaknai Ulang Barakah dalam Pesantren
Makna barakah belakangan diiringi dengan ketiadaan usaha lahiriah. Esai ini mengajak khalayak muslim untuk memaknai ulang barakah dalam kehidupan.

Singkatnya, kata rahmah dengan ta' terbuka (رحمت) memiliki arti rahmat yang ada di dunia. Sedang rahmah dengan ta' tertutup (رحمة) memiliki arti rahmat yang kelak akan dinikmati di akhirat.

Sungguh Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang teragung. Kemukjizatannya tampak dari segala sisi. Bukan hanya dari sisi lafal dan susunannya, melainkan kemukjizatannya juga tampak dari sisi penulisannya. Semoga kita senantiasa diberi taufik untuk senantiasa merenungi makna dan tunduk terhadap isi kandungannya. Amin...

💡
Baca juga artikel lain di rubrik ISLAMUNA atau tulisan menarik Hafidzah Assa'adah

Latest