Pesan Tegas Syekhul-Azhar Menolak Penyatuan Agama

TAWAZUN.ID — Dalam pembukaan perayaan 10 tahun berdirinya sebuah lembaga negara non-pemerintah, Bait Al-‘Ailah Al-Mishriyyah, Syekh Ahmad Ath-Thayyib berpidato tentang sejumlah langkah bersama antar umat beragama sebagai anak bangsa Mesir. Acara pada Senin (8/10/2021) yang dihadiri para pemuka agama dari Islam dan Kristen Koptik di Mesir itu bertempat di Al-Azhar Convention Center (ACC) di Madinat Nasr, Kairo. Selain Syekh Ahmad Ath-Thayyib sebagai pimpinan lembaga itu, turut hadir pula Paus Theodoros II dari Gereja Ortodoks Koptik, Alexandria, Mesir.

Dalam sambutannya, Syekh Ahmad Ath-Thayyib dengan tegas menjawab tuduhan miring yang sempat beredar terkait persaudaraan para pemeluk agama itu. Sejak awal berdirinya, Bait Al-‘Ailah Al-Mishriyyah merupakan hasil inisiatif Al-Azhar bersama Gereja Ortodoks Koptik untuk menjalin tali persaudaraan hingga dapat hidup damai dan tenang bersama. Di tengah langkah bersama dalam usaha perdamaian ini muncul ajakan menyatukan agama samawi dalam satu agama bernama Al-Ibrahimiyyah atau agama Ibrahimi. Meski tidak disampaikan dari arah mana ajakan itu, Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib menolak dengan tegas.

Rekaman Perjalanan Lahirnya Piagam Persaudaraan Kemanusiaan
Ulasan singkat atas buku yang merekam perjalanan lahirnya Piagam Persaudaraan Kemanusiaan (Watsiqah Al-Ukhuwwah Al-Insaniyyah).

“Ajakan semacam itu (Ibrahimiyyah) tidaklah berbeda dengan isu globalisasi, berakhirnya sejarah, konsep ‘Etika Global’ (yang diusung Hans Küng). Meskipun yang tampak nyata seolah ajakan sosial-kemanusiaan, penyatuan dan penyelesaian perselisihan, tapi justru hal itu adalah usaha untuk mengembargo sejumlah hal paling berharga yang dimiliki umat manusia. Seperti kebebasan berkeyakinan dan beriman, serta apapun yang dijamin oleh agama-agama.”, kata Syekh Ahmad Ath-Thayyib dalam bahasa Arab.

Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib juga menambahkan bahwa jika berdasar pada iman yang dimilikinya terkait risalah-risalah agama samawi, maka berkumpulnya seisi dunia pada satu agama atau satu risalah samawi yang sama adalah hal yang mustahil terjadi sebagaimana Allah SWT ciptakan fitrah itu pada manusia. “Bagaimana tidak? Perbedaan manusia, perbedaan yang mengakar, terkait warna, kepercayaan, daya pikir, juga bahasa, bahkan sidik jari yang dimiliki dan retina yang ada pada mata.. semua itu adalah kenyataan historis dan ilmiah, bahkan sebelum itu semua, hal itu merupakan hakikat yang diusung Al-Quran. Allah SWT memang menggariskan manusia demikian beragam. Dan jikalau Allah menghendaki penciptaan-Nya beragama satu, berwarna kulit satu, berbahasa satu, atau berdaya pikir satu, maka Allah Yang Maha Kuasa tentu telah lakukan (yang demikian).”

Dalam kesempatan itu, Syekhul-Azhar juga mengungkapkan bahwa keterbukaan Al-Azhar dan para ulamanya terhadap gereja-gereja Mesir beserta para pemukanya, utamanya Gereja Ortodoks Koptik, dan juga sebaliknya, yakni keterbukaan para pemuka Koptik terhadap para ulama Al-Azhar tidaklah sebagaimana yang digambarkan sebagian pihak bahwa itu adalah usaha melebur perbedaan akidah atau agama. “Jelas bahwa sebagian pihak masih susah memahami perbedaan antara menghormati agama orang lain dan mengimaninya. Dalam konteks ini pemahaman kita terhadap ayat Laa ikrahaa fiddiin (Surat Al-Baqarah: 256) dan ayat Likullin ja’alnaa minkum syir’atan wa minhajan (Surat Al-Maidah: 48) dan ayat-ayat lain sudah sesuai.”, tutur Syekh Ahmad Ath-Thayyib.

Sinergi Umara dan Ulama di Masa Pandemi
Corona kian menggila, para umara, ulama, dan tokoh-tokoh publik dituntut harus lebih berperan dalam menetralisir kekhawatiran umat.

Keterbukaan Al-Azhar terhadap banyak institusi keagamaan baik dari dalam maupun luar negeri Mesir, sebagaimana ditegaskan Syekh Ahmad Ath-Thayyib dan dilansir dalam sejumlah akun resmi Al-Azhar, adalah keterbukaan atas asas mencari persamaan yang bersifat kemanusiaan antar agama samawi. Hal ini dengan harapan umat manusia di dunia segera terbebas dari bencana kemanusiaan di era modern, juga dari kezaliman para penguasa yang sewenang-wenang, serta segala bentuk penindasan. (hid)


Tanbihat: Berita ini telah mengalami perubahan judul dan sebagian isi pada Rabu, 10 November 2021, pukul 14.49 WIB. Sebelumnya berita ini berjudul Syekhul-Azhar Menjawab Isu Miring tentang Penyatuan Agama. Adapun ralat isi terkait diksi 'tuduhan' menjadi 'ajakan'.


Baca juga warta lain di rubrik AKHBAR atau pilih ragam tulisan di Tawazun