Serba-serbi Stan Al-Azhar di Bazar Buku Kairo

Di akhir bulan Januari seperti ini, saya suka teringat ritual saya saat mondok di Kairo. Pasalnya di akhir Januari ada agenda tahunan yang jarang saya lewati, yaitu ritual menjelajahi Cairo International Book Fair (Bazar Buku Internasional Kairo). Nah, bazar buku raksasa tahun 2022 kali ini dilaksanakan dari tanggal 26 Januari hingga 7 Februari selama 10 hari. Tahun ini adalah pameran yang ke-53 di Negeri Para Firaun ini.

Akhir Januari seperti ini, di hari-hari awal bazar, jiwa penasaran dan keinginan menggebu untuk berangkat ke sana, barang mengelilingi stan demi stan sambil mendorong koper kosong lalu pulang usai memborong buku-buku yang sudah di-list sejak lama. Ya, itu gambaran idealnya dulu, karena kenyataannya bazar ini selalu dimulai di akhir bulan, waktu tipis-tipisnya isi dompet mahasiswa seperti saya ini. Oleh karena itu, pada banyak kesempatan, saya hanya datang melihat-lihat judul kitab dan cetakan bagus dengan harga miring. Selain itu, masa awal bazar yang paling tepat saat itu adalah pergi ke stan Sur Al-Azbakiyyah, tempat kitab-kitab bekas dijual murah. Tak lupa, saya juga menjelajahi stan-stan penerbit Mesir maupun Arab yang berdiskon dan terbatas. Stan Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah, misalnya, juga kerap membagi diskon khusus di awal-awal bazar. Namun, sebelum menjelajahi stan-stan lain, saya biasanya akan melihat stan Al-Azhar dulu. Ya, selain mencari buku apa saja yang teranyar diterbitkan, stan Al-Azhar memang selalu nyaman dikunjungi.

Yang Luput dari Bazar Buku Kairo
Bazar buku kali ini bertema Fi al-Qiraati Hayatun (di dalam membaca ada kehidupan). Sejumlah catatan disarikan demi mewujudkan harapan-harapan.

Cairo International Book Fair (CIBF) jauh sebelumnya berlokasi di kawasan Dar Al-Opera Al-Mishriyyah, Zamalek. Saya tentu tak melihat masa itu karena CIBF beralih ke Madinah Nashr saja terjadi pada tahun 1980. CIBF yang saya saksikan tentulah sudah menempati Ardh Al-Ma'aridh (Fair Zone) di Madinah Nashr. Sejak peringatan setengah abad (Yubel Adz-Dzahabi) pada 2019 hingga kini, ajang tahunan kebanggaan Mesir ini pun bertempat di area yang telah disediakan oleh pemerintah di bilangan At-Tajammu Al-Khamis, Kota Al-Qahirah Al-Jadidah.

CIBF selalu menjadi momen bagi Al-Azhar untuk memperkenalkan sejumlah lembaga dan capaiannya. Cita-cita mulia meneguhkan moderasi Islam juga tak pernah luput diekspos. Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berumur memanfaatkan momen penting ini dengan membuka stan yang biasanya tak tanggung-tanggung. Stan Al-Azhar berbeda dengan stan lainnya. Al-Azhar di bawah naungan Imam Akbar Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib selalu membawa konsep menarik. Saya rasa, sangat disayangkan kalau seorang Masisir (Mahasiswa asal Indonesia yang ada di Mesir) tidak mengunjungi stan Al-Azhar.

Di stan Al-Azhar terdapat beberapa ruangan. Salah satunya ruang fatwa, tempat khusus berkonsultasi mengenai hukum agama atau pendekatan spiritual dan pencerahan. Para syekh duduk di tempat itu sementara para pengunjung yang butuh pencerahan mengenai agama datang ke sana menanyakan banyak hal mengenai agama. Di sini, Al-Azhar seolah memberi isyarat kepada para tokoh agama yang telah mumpuni dan para alumni Al-Azhar sekalian bahwa tugas ulama dan duta Al-Azhar di manapun tempatnya adalah harus bisa memposisikan diri, menjadi sumber rujukan masyarakat mengenai nilai-nilai, hukum, dan ajaran agama. Di sini juga menunjukan bahwa Al-Azhar adalah tempat kembali umat muslim dalam soal hukum-hukum agama.

Stan Al-Azhar juga dilengkapi ruang seminar. Tentu, ruang ini menyiratkan bahwa Al-Azhar adalah lembaga di bidang keilmuan yang dikelola oleh para lulusan terbaik dan para pakar di setiap fan keilmuan serta dengan beragam metode. Ada yang berupa talaqqi ala klasik dengan mengaji di riwaq-riwaq (serambi) masjid, di kampus, atau melewati daurah-daurah (kursus singkat) yang diadakan oleh para tokoh Al-Azhar yang ikhlas mendidik para talib maupun masyarakat umum Mesir tentang pemahaman agama yang benar dan jalan ilmu yang kredibel.

Takarir

Kumpulan ulasan buku dan kitab menarik dapat teman-teman baca

di sini

Yang tak kalah menarik, stan Al-Azhar juga menjual buku kekinian (mu'ashir) atau kitab klasik (turats). Ruang ini biasanya dikelola resmi oleh Majma Al-Buhuts Al-Islamiyyah (Akademi Riset Keislaman) Al-Azhar. Hal ini mengisyaratkan bahwa Al-Azhar menggunakan rujukan kitab-kitab muktamad dalam ranah ilmiahnya dan telah ditulis oleh para ulama sesuai bidangnya. Selain menerbitkan kitab-kitab turats, para ulama muda Al-Azhar juga aktif menulis mengenai permasalahan keumatan di masa kini yang belum ditemukan jawabannya di masa lampau. Mereka tergabung dalam lajnah-lajnah di bawah koordinasi lembaga think tank Majma Al-Buhuts Al-Islamiyyah.

Stan Al-Azhar biasanya juga memajang lembaga bernama Marshad Al-Azhar (Observasi Al-Azhar). Al-Azhar seolah mengenalkan kepada para pengunjung bahwa ia mempunyai badan observasi untuk melakukan monitor fenomena keislaman di dunia sehingga keputusan-keputusan Al-Azhar selalu berdasarkan data. Lembaga observasi ini beranggotakan divisi-divisi kecil beragam bahasa. Tugasnya mengenalkan pemahaman Islam yang benar ala Al-Azhar, menjawab isu miring ke arah Islam, dan memantau setiap gerakan separatis keagamaan di seluruh dunia. Dari mengumpulkan data terkait paham radikalisme, beragam aksi teror yang mengatas-namakan Islam, hingga memantau isu islamofobia di belahan dunia. Beberapa hasil observasi itu juga mereka bukukan dan dijual di stan Al-Azhar pada momen CIBF.

Secara khusus, saya hampir selalu terkesan dengan ruang khusus karya Majlis Hukama Al-Muslimin, lembaga keagamaan independen yang dipimpin oleh Imam Akbar Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib. Saya teringat salah satu yang dimandatkan menjual buku-buku Majlis Hukama Al-Muslimin adalah seorang talib S2 Universitas Al-Azhar berkebangsaan Mesir, Saudara Yahya. Dalam memori saya, ia sosok yang ramah. Bahkan sesekali saya menanyakan mengenai harga dan buku apa saja yang bakal diterbitkan oleh Majlis Hukama Al-Muslimin, sebuah lembaga independen berisi para ulama kenamaan yang aktif mendiskusikan permasalahan keumatan dan mencari jalan keluar dalam permasalahan keagamaan pada tataran global. Anggotanya adalah para tokoh Islam senior yang ada di berbagai negara. Di Indonesia keanggotaan Majlis Hukama Al-Muslimin diberikan kepada salah seorang mufassir kenamaan, alumnus Al-Azhar, dan juga seorang keturunan Nabi Muhammad SAW, yaitu Prof. Muhammad Quraish Shihab.

Menariknya, stan Al-Azhar juga menghadirkan ruang panorama dan galeri untuk berpotret ria bagi para pengunjung, tempat mengabadikan momen tahunan ini. Melalui sejumlah ruang dan pojok pameran inilah, Al-Azhar biasanya akan mengangkat sosok ulama Al-Azhar yang diperingati pada tahun itu. Stan Al-Azhar tahun 2022 ini, misalnya, mengusung nama Syekh Hasan Al-'Aththar, seorang Syekhul-Azhar di masanya yang berjuluk Sang Pelopor Pembaharuan. Tahun 2021, stan Al-Azhar memilih nama Syekh Abdulhalim Mahmud, Syekhul-Azhar yang punya banyak karya bertema tasawuf. Sedangkan pada tahun 2020, tokoh yang diangkat di stan Al-Azhar adalah Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi, Sang Dai Masyhur. Sebelumnya, 2019 adalah tahun Syekhul-Azhar Mahmud Syaltut. Lalu, nama Syekh Musthafa Abdurraziq, Sang Imam Filsuf Islam pernah diangkat oleh Al-Azhar pada CIBF 2018.

Di Balik Penamaan Masjid Al-Azhar
Sejarah Al-Azhar yang panjang menyimpan sejumlah versi di balik penamaannya.

Khusus untuk kesenian, Al-Azhar biasanya menggelar pojok seni khat atau kaligrafi. Seorang seniman kaligrafi siap sedia jika pengunjung meminta namanya dituliskan seindah mungkin dalam aksara Arab. Ada pula kaligrafi-kaligrafi yang dipamerkan yang kian menambah keindahan stan. Di ajang tahunan ini, Perpustakaan Umum Al-Azhar juga ikut memajang sejumlah salinan manuskrip istimewa atau buku-buku bersejarah pilihan dari koleksinya. Belum lagi keikutsertaan lembaga-lembaga Al-Azhar lainnya seperti Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) dan Pusat Terjemah Al-Azhar.

Dengan adanya stan Al-Azhar, masuk ke CIBF tak akan sia-sia walau tanpa membeli buku. Bazar buku CIBF juga sekaligus menjadi momen berlibur, terlebih masa-masa ini pulalah imtihan di Al-Azhar baru saja kelar. Penat masa ujian termin awal di Al-Azhar bisa terobati. Dan saya tetap bisa menikmati suasana bazar buku itu dengan riang gembira walau tanpa memborong buku-buku yang diinginkan. Tabik.

💡
Baca juga artikel lain di rubrik BUDAYA atau tulisan menarik Irfan Rifqi Fauzi