Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun, Penulis dan Orator Ulung Al-Azhar

Ia bernama lengkap Mahmud bin Ibrahim bin Ibrahim Abu Al-‘Uyun Al-Hasani Al-Azhari. Ia dilahirkan pada tahun 1300 H (1882 M) di Nazlah Abu Al-‘Uyun, sebuah daerah yang berdekatan dengan Dasyluth, Markaz Dairuth, Provinsi Usyuth, Mesir. Kepada daerah itulah namanya dinisbahkan: Abu Al-'Uyun. Al-Hasani yang melekat pada namanya merujuk kepada marga ahlulbait dari jalur Sayidina Al-Hasan bin Sayidina Ali bin Abu Thalib. Asal-usul keluarganya berasal dari Marrakisy (Marrakech), Maghrib, yang hijrah ke Mesir.

Sejak kecil, Mahmud Abu Al-‘Uyun dididik oleh ayahnya, Syekh Ibrahim Al-‘Uyun, seorang wali besar keluaran Al-Azhar. Ia dibimbing dalam menghafal Al-Quran dan ilmu-ilmu dasar. Begitupun dididik dalam ranah tasawuf yang sudah lama terpatri dalam keluarga dan lingkungannya.

Masa Belajar

Pada umur 13 tahun, setelah dididik oleh sang ayah, tepatnya pada 16 Syawal 1313 H, Mahmud Abu Al-‘Uyun muda masuk ke Al-Azhar untuk menyelam ke dalam lautan ilmu. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Syekh Usamah Al-Azhari dalam Jamharah A’lām Al-Azhar Asy-Syarīf usai melihat langsung arsip berupa daftar pelajar Al-Azhar yang bermukim di Riwaq Ash-Sha’ayidah dan Riwaq Ibnu Ma’mar. Mahmud muda dikenal sebagai talib yang cerdas dan berani berdialog dalam banyak pembahasan keilmuan, baik berdialog dengan sesama talib maupun dengan para guru.

Benarkah Islam Ajarkan Terorisme dan Radikalisme?
Guru besar Al-Azhar alim filsafat ini menjawab persoalan keislaman melalui banyak karangan. Al-Muslimun fi Muftaraq Ath-Thuruq ini salah satunya.

Ahmad Ibrahim pernah berkata, “Ia adalah seorang alim Al-Azhar yang luar biasa. Ia memiliki hubungan kuat dengan dunia tasawuf dan para pembesarnya. Keluarganya hingga kini dipenuhi dengan nuansa akhlak, pendidikan, adab, dan tradisi Islam. Nuansa tersebut telah membuat banyak orang di sekitarnya berubah haluan dari pribadi yang buruk menjadi pribadi yang baik. Ia banyak menjadi sebab tersadarnya banyak orang dari kesesatan.”

Ia belajar kepada banyak para pembesar ulama Al-Azhar pada masanya. Guru-gurunya banyak yang menjadi Syekhul-Azhar, yaitu Syekh Syamsuddin Al-Anbabi, Syekh Abdurrahman Asy-Syirbini, Syekh Salim Al-Bisyri, Syekh Hassunah An-Nawawi, dan Syekh Muhammad Abu Al-Fadhl Al-Jizawi.

Ia juga belajar kepada Syekh Muhammad Hasanain Makhluf dan Syekh Muhammad Syakir, yang keduanya pernah menjabat Wakilul-Azhar; Syekh Muhammad ‘Abduh dan Syekh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i, yang keduanya pernah menjabat Mufti Ad-Diyar Al-Mishriyyah; Syekh Yusuf Ad-Dijwi dan Syekh Muhammad Salim Asy-Syarqawi, yang keduanya merupakan anggota Hai'ah Kibar Al-‘Ulama; Syekh Abdurrahman Al-Ibyari, kadi Al-Iskandariyyah; dan Syekh Mahmud Khaththab As-Subki, pendiri yayasan Islam kesohor Al-Jam’iyyah Asy-Syar’iyyah.

Untaian Qashidah untuk Syekh Ahmad Ath-Thayyib
Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib merupa ayah bagi para pelajar asing di Al-Azhar, Mesir. Inilah sepilihan syair yang berupa qashidah untuk beliau.

Dari mereka semua, muncullah sosok Mahmud Abu Al-‘Uyun, tokoh didikan Al-Azhar yang mumpuni, piawai, pakar menulis, orator andal, dan reformis dalam ranah keazharan, keislaman, dan kebangsaan.

Masa Pengabdian

Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun menyelesaikan studinya di Al-Azhar pada tahun 1326 H (1908 M) dengan memperoleh Syahādah Al-‘Ālimiyyah. Setelahnya, beliau diangkat menjadi pengajar oleh Kementerian Pendidikan Mesir. Setahun setelahnya, ia dipindah-tugaskan ke Al-Azhar, yakni pada tahun 1327 H (1909 M).

Karir mengajar paling lama beliau tempuh di Al-Azhar, hingga kemudian dilantik menjadi mufattisy (penyelia) di Al-Azhar pada tahun 1344 H (1925 M).

Sepuluh tahun pun berlalu. Pada akhir masa kepemimpinan Syekhul-Azhar Muhammad Al-Ahmadi Azh-Zhawahiri, beliau dilantik sebagai Kepala Ma’had Al-Azhar Usyuth. Kemudian pada tahun yang sama, beliau dipindahkan ke Ma’had Al-Azhar Az-Zaqaziq dengan profesi yang sama.

Beberapa waktu setelahnya, beliau menjadi Kepala Ma’had Al-Azhar Thantha, lalu Kepala Ma’had Al-Azhar Al-Iskandariyyah pada tahun 1938 M. Di tempat ini, beliau digelari Syekh Ulama Al-Iskandariyyah. Lalu, terakhir beliau menjabat sebagai Sekretaris Umum Al-Azhar pada 20 Rabiulakhir 1365 H (24 Maret 1946 M) hingga akhir hayat.

Umat Islam dan Krisis Berpikir Kritis
Menghadapi karut-marut dunia maya era hiper-reality, umat Islam perlu bersikap kritis. Sebab tradisi kritik adalah bagian dari kemajuan Islam.

Sang Orator dan Reformis

Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun hidup ketika Inggris masih menjajah Mesir. Kenyataan hidup kala itu tak bisa dipungkiri. Belajar dan mengajar tak cukup untuk memakmurkan bumi jika bumi tempat berpijak itu sendiri masih dijajah. Maka pada masa ini, terlebih ketika Revolusi Masyarakat Mesir Tahun 1919 M, Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun menjadi salah satu orator ulung. Beliau berkhutbah dalam banyak munasabah, juga di berbagai forum resmi maupun non-resmi. Beliau pernah beberapa kali memberikan muhadarah semisal di Jam’iyyah Makarim Al-Akhlaq Al-Islamiyyah, Jam’iyyah Al-Hilal Al-Ahmar, dan Jam’iyyah An-Nahdhah.

FOTO Potret Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun

Beliau juga seorang reformis, baik reformasi pendidikan Al-Azhar, kenegaraan, hingga kemasyarakatan. Dalam pembelajaran Al-Azhar, beliau merasakan betul betapa penjajahan Inggris berdampak buruk bagi metodologi pembelajaran. Apalagi penutupan banyak madrasah di Mesir. Maka, ketika beliau menjadi penyelia kurikulum Al-Azhar, sementara Syekh Muhammad Al-Maraghi yang menjabat Syekhul-Azhar ketika itu juga gencar memperbaharui Al-Azhar, beliau pun dapat melaksanakan banyak perbaikan kurikulum.

Isu gerakan kebarat-baratan semenjak datangnya Inggris juga mengkhawatirkan. Kehidupan bermasyarakat dan bersosialisasi antar sesama sudah tidak lagi mencerminkan moral Islam. Terlebih dalam kehidupan berkeluarga dan problematika keperempuanan. Maka, beliau banyak menulis dalam berbagai artikel serta berdialog dengan berbagai pembesar ulama dan cendekiawan untuk menghilangkan kekhawatiran ini.

Resensi

Kumpulan ulasan buku dan kitab menarik dapat teman-teman baca

di sini

Karya Tulis

Selain pendidik, Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun juga merupakan seorang penulis ulung. Beliau menulis banyak karya tulis, yaitu:

-        Tārīkh Al-‘Arab wa Al-Islām. Berkisah tentang sejarah Arab sejak masa Jahiliah, datangnya Islam, hingga dinasti Islam yang ada di Mesir pada tiap-tiap masa. Terdiri dari 5 juz, lalu dijadikan diktat untuk jenjang Al-Awwalī dan Ats-Tsānawī Al-Azhar kala itu;

-        Al-Jāmi’ Al-Azhar Nubdzah fī Tārīkhihi. Bercerita tentang sejarah Al-Azhar hingga masa penulis hidup. Yang menarik, beliau juga mencantumkan data-data para talib dengan berbagai pembagian, misalnya pembagian talib dilihat dari negara mana ia berasal atau dari sisi fakultas apa yang ia ambil;

-        Ash-Shaẖīfah As-Saudā'. Kumpulan makalah yang dijadikan buku. Berisi memoar dan orasi beliau mengenai penjajahan Inggris terhadap Mesir, sekaligus pengingat bagi para tokoh yang bertanggung jawab akan kemaslahatan Mesir.

-        Shafẖah Dzahabiyyah. Bercerita seputar pembahasan keharusan menutup prostitusi;

-        Madzābih Al-A’rādh. Berbicara seputar perilaku masyarakat dan memoarnya mengenai kehidupan sosial;

-        Musykilah Al-Bighā' Ar-Rasmī. Berbicara mengenai bahaya adanya prostitusi dan penyakit yang dibawanya;

-        Mūjiz Tārīkh Mishr wa Al-Islām. Terdiri dari 4 juz. Beliau tulis bersama dengan Ustaz Muhammad Al-Husaini Rakha. Pembahasannya memiliki sejumlah kesamaan dengan kitab sebelumnya, Tārīkh Al-‘Arab wa Al-Islām. Namun, terdapat pula sejumlah tambahan maklumat, penertiban bab, dan foto, serta peta.

Dai Intoleran dan Krisis Dakwah Bil Akhlaq
Bukan sekali ini khalayak dibuat ramai oleh ucapan pendakwah. Fenomena ini menegaskan bahwa muslim Indonesia dilanda krisis dakwah bil akhlaq.

Di samping itu semua, beliau juga memiliki banyak artikel di berbagai surat kabar dan majalah, baik yang berkenaan dengan kenegaraan, kemasyarakatan, keagamaan, maupun keilmuan. Beliau menulis artikel untuk pertama kalinya pada umur 30 tahun, yaitu di surat kabar Al-Mu'ayyad pada 3 Mei 1912 M. Mulai dari sana, beliau rutin menulis artikel hingga wafat. Artinya, beliau telah mengabdikan dirinya dalam dunia literasi selama 40 tahun.

Beliau telah menulis di lebih dari 50 surat kabar dan majalah, seperti Majalah Al-Azhar, Al-Ahram, Al-Akhbar, Ruz Al-Yusuf, Al-Hilal, Al-Muqaththam, An-Nadzir, Al-Mu'ayyad, Shaut Al-Ummah, Al-Ittihad, Al-Balagh, As-Siyasah, dan Ath-Thali'ah.

Mahmud Taymur sampai berkata dalam Malāmih wa Ghudhūn Shuwar Khāthifah li Syakhshiyyah Lāmi’ah, “Ujung penanya mengalir dengan kalimat-kalimat yang tinggi bahasanya, artikelnya diterima dengan baik oleh para pembaca dan disambut baik oleh para kritikus, karena gaya bahasanya yang halus dan pemikirannya yang orisinal.”

FOTO Papan makam Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun

Akhir Hayat

Setelah melalui kehidupan dunia selama 71 tahun, Syekh Mahmud Abu Al-‘Uyun menutup mata pada hari Senin, 19 Safar 1371 H (19 November 1951 M) sebagaimana yang termaktub pada papan makamnya. Berbeda halnya dengan yang ditulis oleh Syekh Usamah Al-Azhari dalam Jamharah A’lām Al-Azhar Asy-Syarīf. Begitu pun dengan mukadimah edisi teks Al-Jāmi’ Al-Azhar Nubdzah fī Tārīkhihi oleh tim Masyakhah Al-Azhar, yang menyebut bahwa beliau wafat pada hari Selasa, 21 Safar 1371 H (20 November 1951 M) dengan merujuk kepada kitab Natsr Al-Jawāhir wa Ad-Durar yang ternyata hanya menuliskan tahun wafat saja.

Jejaring Keilmuan Ash-Shabban dan Ulama Nusantara di Al-Azhar
Para santri Indonesia tak asing dengan kitab karangan Syekh Ash-Shabban. Tulisan ini mencoba menyelisik jejaring alim ulama Al-Azhar & Nusantara.

Jenazahnya dibawa pada keesokan harinya ke Masjid Al-Azhar untuk disalatkan, kemudian dibawa ke tempat akhirnya yang berada di Qarafah Al-Ghafir, berdekatan dengan makam Syekh Ali Surur Az-Zankaluni.

Dalam Majalah Al-Azhar edisi Rabiulawal 1371 H (Desember 1951 M), Abu Al-Wafa Al-Maraghi berduka seraya berkata, “Engkau di kalangan para cendekiawan adalah cendekiawan yang ulung. Tutur tulisanmu halus kepada lawanmu. Ruhmu tidak akan pernah dilupakan. Begitu pun karaktermu dalam karya tulis dan artikelmu yang engkau persembahkan untuk para talib Ma'had Al-Azhar.”


💡
Baca juga artikel lain di rubrik BIOGRAFI atau tulisan menarik Amirul Mukminin