Syekh Syarafuddin Al-‘Amrithi, Seorang Azhari Pemilik Nazhm Al-Ajurrumiyyah

Di dunia pesantren, nama Al-‘Amrithi sangat populer. Ia lebih dikenal sebagai nama kitab dibanding sebagai nama sosok yang berasal dari daerah ‘Imrith. Terlebih, di beberapa pesantren, kitab ini masih dijadikan sebagai bahan ajar ilmu nahwu setelah selesai kitab matan Al-Ajurrumiyyah. Maka tak heran apabila kata Al-‘Amrithi sampai mendarah daging karena hampir setiap hari selalu disebut dan didengar sewaktu kegiatan lalaran.

Sebenarnya, nama asli kitab yang kerap disebut sebagai Nazhm Al-‘Amrithi adalah Ad-Durrah Al-Bahiyyah fi Nazhm Al-Ajurrumiyyah. Ia dikenal sebagai Al-‘Amrithi lantaran pengarangnya bernisbah Al-‘Amrithi. Terlebih, di bait bagian akhir nazam ini, nama Al-‘Amrithi disebut secara eksplisit. Bait yang dimaksud adalah sebagai berikut:

نَظْمُ الْفَقِيْرِ الشَّرَفِ الْعَمْرِيْطِي # ذِي الْعَجْزِ وَالتَّقْصِيْرِ وَالتَّفْرِيْطِ

Adapun nama lengkap pengarang nazam ini adalah Syekh Syarafuddin Yahya bin Nuruddin Musa bin Ramadhan bin ‘Amirah Al-Anshari Al-‘Amrithi Asy-Syafi’i. Dalam kitab Al-A’lam, ada penambahan nama Nuruddin Abu Al-Khair. Sehingga menjadi Yahya bin Nuruddin Abu Al-Khair bin Musa. Hal ini juga terdapat dalam salah satu manuskrip syarah kitab Ad-Durrah Al-Bahiyyah karya Syekh Al-Fasyni. Nama aslinya adalah Yahya. Adapun Syarafuddin merupakan nama laqabnya. Kata Al-‘Amrithi sendiri merupakan nisbah yang menandakan bahwa daerah asalnya adalah Kampung ‘Amrith.

Kampung ‘Amrith

Kampung ‘Amrith sendiri berada di Markaz Abu Hammad, Provinsi Asy-Syarqiyyah, Mesir. Letak kampung ini, menurut Syekh Abdullah Asy-Syarqawi (w. 1227 H) dalam kitab Faidh Al-Qadir Al-Khabir, berdekatan dengan kampung Sunaikah, tempat asal Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari (w. 926 H). Memang, kalau kita cek di Google Maps, nama kampung ‘Amrith masih ada sampai saat ini. Hal ini berbeda dengan Kampung Sunaikah yang sekarang sudah berubah nama menjadi Al-Hilmiyyah. Sehingga kalau kita hanya melihat di Google Maps, kita tidak akan menemukan nama Sunaikah di dekat Kampung ‘Amrith.

Sebenarnya, kata ‘Amrith (dengan membaca fathah huruf ‘ain) dalam beberapa literatur lama bahkan hingga saat ini, itu lebih masyhur dibanding kata ‘Imrith (dengan membaca kasrah huruf ‘ain). Meski demikian, bukan berarti ketika kita menyebut ‘Imrith itu tanpa landasan. Sebab Syekh Murtadha Az-Zabidi (w. 1205 H) dalam kitab Tajul ‘Arus menegaskan bahwa kata ‘Imrith dibaca kasrah pada huruf ‘ainnya.

Nisbah Asy-Syafi’i

Kata Asy-Syafi’i menunjukkan bahwa beliau merupakan pengikut mazhab Asy-Syafi’i. Hal ini sangat wajar, sebab mayoritas penduduk Provinsi Asy-Syarqiyyah menganut mazhab agung ini. Apalagi dua di antara beberapa karya nazamnya berisi pembahasan ilmu fikih mazhab Asy-Syafi’i. Tentu ini merupakan fakta yang tidak bisa dibantah lagi.

Nisbah Al-Anshari

Adapun kata Al-Anshari menunjukkan bahwa Syekh Syarafuddin Yahya Al-‘Amrithi merupakan keturunan sahabat Anshar. Sahabat Anshar berasal dari dua kabilah, yaitu Aus dan Khazraj. Namun jumlah kabilah Khazraj lebih banyak dibandingkan dengan Aus.

Tahun lahir Syekh Syarafuddin Yahya Al-‘Amrithi sampai saat ini belum diketahui. Belum ditemukan informasi tentang hal ini. Bahkan jika merujuk pada kitab yang menjelaskan biografi ulama abad 10 H, seperti Al-Kawakib As-Sairah karya Al-Ghazzi dan An-Nur As-Safir karya Al-‘Aidarus, kita tidak akan menemukan nama tokoh ini sama sekali meski beliau hidup di abad ini. Jika kitab yang fokus membahas biografi ulama dengan kategori abad tertentu saja tidak menyebutkan, apalagi kitab yang cakupan masanya lebih luas.

Meski faktanya seperti yang kita lihat di atas, untungnya Syekh Syarafuddin Al-‘Amrithi rajin memberikan informasi tahun selesainya beberapa kitab anggitannya. Sehingga kita bisa memperkirakan di abad berapa beliau hidup.

Di antara karya Syekh Syarafuddin Yahya Al-‘Amrithi adalah sebagai berikut :

1.     Ad-Durrah Al-Bahiyyah fi Nazhm Al-Ajurrumiyyah

Kitab ini merupakan bentuk nazam dari kitab Al-Ajurrumiyyah dan selesai ditulis pada tahun 976 H sebagaimana disebut dalam bait nazam ini.

2.     At-Taisir fi Nazhm At-Tahrir

Kitab ini merupakan bentuk nazam dari kitab Tahrir Tanqih Al-Lubab karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari dalam disiplin ilmu fikih Asy-Syafi’i dan selesai ditulis pada tahun 988 H.

3.     Nihayah At-Tadrib fi Nazhm Ghayah At-Taqrib

Kitab ini merupakan bentuk nazam At-Taqrib  karya Al-Qadhi Abu Syuja’ (w. 593 H) dalam disiplin ilmu fikih Asy-Syafi’i. Tidak seperti dua kitab di atas, kitab ini tidak memuat keterangan tahun selesai penulisannya. Hanya saja, jika melihat karakter kitab asalnya, At-Taqrib, biasanya dipelajari sebelum kitab At-Tahrir. Sehingga, kemungkinan kitab nazam ini dikarang sebelum kitab At-Taisir di atas.

4.     Tashil Ath-Thuruqat fi Nazhm Al-Waraqat

Kitab ini merupakan bentuk nazam dari Matn Al-Waraqat karya Imam Al-Haramain Al-Juwaini (w. 478 H) dalam disiplin ilmu usul fikih. Nazam ini selesai ditulis pada 2 Rabiul Awal 989 H.

5.     Al-Muqaddimah Al-Manshurah fi Al-Qahwah Al-Masyhurah

Kitab ini merupakan nazam dari sebuah risalah yang membahas tentang hukum qahwah. Baik kitab asal maupun kitab nazamnya adalah karya Syekh Al-’Amrithi.

6.     Al-Majma’ fi Nazmi AL-Luma’

Kitab ini merupakan bentuk nazam dari kitab Al-Luma’ karya Syekh Ibnu Al-Haim (w. 815 H) dalam disiplin ilmu hisab dan faraid.

7.     Hidayah Al-Musytaq Al-Haim ila Ru’ya An-Nabi SAW

Barangkali ini adalah salah satu dari dua kitab karya Syekh Al-‘Amrithi yang berbentuk natsar (prosa, bukan nazam). Kitab satunya lagi adalah Risalah yang membahas hukum qahwah alias kopi.

Guru dan Murid

Di samping memiliki karya tulis yang kebanyakan berupa nazam, Syekh Al-‘Amrithi tentu juga memiliki banyak murid. Namun, sebagaimana sosok besar ini, muridnya juga sangat susah dicari di berbagai kitab biografi dan sejarah. Meski demikian, beruntung ada Al-Muhibbi yang menyebutkan satu murid Al-‘Amrithi dalam Khulashah Al-Atsar, yaitu Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Biqa’i Al-‘Ar’ani (w. 1045 H). Selain kepada Syekh Al-‘Amrithi, di Mesir Syekh Al-Biqa’i juga belajar kepada Syekh Najmuddin Al-Ghaithi, Syekh Yusuf bin Syekh Zakariyya Al-Anshari, Syekh Abdulwahhab Asy-Sya’rani, Syekh Abu An-Nashr Ath-Thablawi, Syekh Syamsuddin Ar-Ramli, Syekh Abu Al-Hasan Al-Bakri, dan masih banyak lagi.

Bahasa Arab

Kumpulan tulisan terkait bahasa Arab dan khazanah ilmunya bisa teman-teman temukan

di sini

Jika kita cermati, semua guru Syekh Al-‘Ar’ani dari Mesir yang disebutkan bersama Syekh Al-‘Amrithi adalah murid dari Syekh Zakariyya Al-Anshari. Meski belum ditemukan sumber yang menyebutkan, tidak berlebihan jika berasumsi bahwa Syekh Al-‘Amrithi juga merupakan murid dari Syekh Zakariyya Al-Anshari. Kalaupun bukan murid, pastilah beliau adalah cucu murid sang mujaddid abad ke-10 H ini.

Asumsi terakhir ini diperkuat oleh data baru yang terdapat dalam kitab Al-Qiladah Al-Jauhariyyah fi Syarh Ad-Durrah Al-Bahiyyah karya Syekh Syihabuddin Ahmad bin Hijazi Al-Fasyni Asy-Syafi’i yang masih berupa manuskrip. Di dalam muqaddimah, Syekh Al-Fasyni menyebut dengan tegas bahwa pengarang nazam (Al-‘Amrithi) adalah gurunya. Sehingga muncullah nama baru yang terdata menjadi murid Syekh Al-‘Amrithi yaitu Syekh Syihabuddin Al-Fasyni pengarang kitab Mawahib Ash-Shamad Syarah Az-Zubad.

Dalam kitab Mabahij Al-Ikhwan wa Manahij Al-Khillan, Syekh Ibnu Al-‘Ajami menyebut jika gurunya (Syekh Al-Fasyni yang belakangan disebut) adalah murid dari Syekh Al-Khathib Asy-Syirbini. Guru lain dari Ibnu Al-‘Ajami juga merupakan murid dari Syekh Ibnu Qasim Al-‘Abbadi. Baik Asy-Syirbini maupun Al-‘Abbadi, keduanya adalah murid dari Syekh Syihabuddin Ar-Ramli dan Syekh Zakariyya Al-Anshari. Hal ini semakin memperkuat asumsi bahwa Syekh Al-‘Amrithi merupakan murid atau cucu murid dari Syekh Zakariyya Al-Anshari.

Jabatan

Az-Zirikli dalam kitab Al-A’lam menyebutkan Al-‘Amrithi sebanyak tiga kali. Salah satunya dengan gelar yang cukup menarik yaitu Al-Azhari. Bahkan ternyata Syekh Al-‘Amrithi sendiri juga menyebutkan nisbah tersebut dalam nazam Al-Muqaddimah Al-Manshurah. Ini menunjukkan bahwa beliau termasuk pelajar dan pengajar di Al-Azhar. Selain itu, Syekh Al-‘Amrithi juga menjadi imam di Madrasah Al-Muayyad Syekh, sebuah masjid dan madrasah megah yang terletak di samping Bab Zawilah, gerbang kota tua Kairo yang kini lazim disebut Bab Zuwailah. Hal ini disebutkan secara jelas oleh Al-Fasyni dalam kitab Al-Qiladah dan Ibnu Al-‘Ajami dalam kitab Mabahij Al-Ikhwan.

Masjid dan Madrasah Al-Muayyah Syekh di Kairo yang masih tegak berdiri hingga hari ini.

Sejumlah karya tulis yang telah disebut di atas juga menunjukkan sederet keahlian yang dimiliki oleh Syekh Al-‘Amrithi. Al-Fasyni sendiri dalam kitab Al-Qiladah memberinya gelar sebagai ahli fikih (faqih), nahwu (nahwi), hisab (hasib) dan faraid (faradhi). Penegasan Al-Fasyni ini cukup menarik dan belum pernah ditemukan di keterangan kitab lain.

Wafat

Syekh Syarafuddin Yahya Al-‘Amrithi diperkirakan wafat setelah tahun 989 H sabagaimana disebutkan oleh Az-Zirikli dalam satu tempat. Sementara dalam tempat lain, ia menyebutkan setelah tahun 988 H sebagai tahun wafatnya.

Baik tahun pertama maupun kedua di atas, kesemuanya didasarkan pada tahun selesainya penulisan sejumlah karyanya. Yang aneh adalah Ismail Basya Al-Baghdadi dalam Hadiyyah Al-‘Arifin, karena ia menyebutkan bahwa tahun wafatnya adalah sekitar tahun 890 H. Tentu ini sangat tidak benar.

Perkiraan yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa beliau wafat setelah tahun 989 H. Karena pada tahun inilah beliau telah selesai menulis kitab Tashil Ath-Thuruqat fi Nazhmi Al-Waraqat.

Wallahu A’lam Bishshawab..


💡
Baca riwayat hidup alim ulama di rubrik BIOGRAFI atau tulisan menarik Munawar Ahmad