TAWAZUN.ID — Imam Akbar Prof. Dr. Ahmad Ath-Thayyib, Syekhul-Azhar, menegaskan bahwa Al-Azhar terus mendukung rakyat Palestina dengan segala cara yang memungkinkan serta dengan segala media dan kemampuan yang tersedia. Al-Azhar juga senantiasa aktif menyiapkan kader-kader Palestina agar mampu membawa panji perjuangan di berbagai bidang: medis, kesehatan, advokasi, dan pendidikan.
Dalam pertemuannya dengan Dr. Mohammad Shtayyeh, Perdana Menteri Negara Palestina, Selasa (30/05/2023), di Masyakhah Al-Azhar, Syekh Ahmad Ath-Thayyib menyampaikan bahwa Al-Azhar sangat antusias untuk berperan membela Palestina. Salah satunya dengan memberikan kesempatan bagi pelajar Palestina untuk belajar kedokteran, farmasi, teknik, ilmu-ilmu keagamaan, dan kebahasaan. Bagi para pelajar Palestina, Al-Azhar mengkhususkan beasiswa pendidikan di berbagai tingkatan pendidikan yang dimiliki Al-Azhar.
Syekhul-Azhar menekankan kembali keberpihakan Al-Azhar pada Palestina, “Al-Azhar mempunyai tanggung jawab tersendiri untuk mengungkap kejahatan kelompok Zionis terhadap saudara-saudara kami, rakyat Palestina. Kami akan terus mengirimkan pesan kepada entitas perampas ini bahwa 'Al-Azhar akan terus mengungkap kejahatan Anda dan menjelaskan penderitaan rakyat Palestina'. Tidak peduli betapa banyak mulut yang diam dan telinga yang tertutup, Al-Azhar akan terus menyerukan kebangkitan hati nurani internasional sampai Tuhan mengizinkan berakhirnya pendudukan yang tidak adil ini. Sebuah penjajahan yang berjalan melawan semua hukum ilahi, agama, dan moral.”
Dalam momen ini pula, Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib mengekspresikan penyesalan dan kesedihannya atas kesunyian yang dapat disaksikan oleh dunia Arab dan dunia internasional terhadap masalah Palestina. Imam Akbar menyatakan, “Bukankah sudah waktunya bagi hati nurani Arab untuk bangkit dan bersatu melawan kejahatan sehari-hari yang dilakukan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina. Apa yang menunggu komunitas internasional untuk mengambil sikap melawan terorisme Zionis terhadap rakyat Palestina? Orang-orang tertindas ini telah menderita, dan masih saja menderita, atas pendudukan terlama yang disaksikan oleh sejarah modern dan kontemporer.”
