Tiga Madrasah Bersejarah di Dalam Masjid Al-Azhar

Masjid Al-Azhar adalah masjid pertama yang dibangun di Kota Kairo pada abad ke-4 Hijriah silam, tepatnya pada tanggal 24 Jumadilawal 359 H (7 Mei 970 M) hingga diresmikan dua tahun setelahnya, yaitu pada 7 Ramadan 361 H (23 Juni 972 M). Masjid tua ini senantiasa berdiri tegap dan kokoh hingga sepuluh abad berlalu. Tak terhitung siapa dan apa saja yang telah diberikan oleh para sultan, amir, pemuka negeri, hingga masyarakat agar masjid ini senantiasa eksis, berikut kajian ilmu Islam di dalam serambinya. Yang jelas, bangunan ini senantiasa direnovasi, ditambah, dan dijaga dari masa ke masa.

Melihat bentuk bangunan Al-Azhar pada saat ini, tahukah Anda bahwasanya terdapat tiga madrasah tua yang turut dibangun di tepian masjid ini dan menjadi bagian darinya? Dalam sejarahnya, tiga madrasah ini pernah turut mengambil andil dalam banyak sejarah Al-Azhar, seperti dijadikan riwaq untuk tempat tinggal para talib, tempat belajar, perpustakaan, bahkan kantor Syekhul-Azhar sebelum akhirnya memiliki gedung tersendiri.

Membahas Sejarah Perpustakaan Al-Azhar
Ulasan singkat atas buku Kilmah Tarikhiyyah ’an Al-Maktabah Al-Azhariyyah. Buku tipis yang membahas seluk-beluk Perpustakaan Al-Azhar di Kairo.

Ketiga madrasah tua ini dibangun pada masa kekuasaan Dinasti Al-Mamalik Al-Bahriyyah. Dua madrasah dibangun pada paruh awal kurun ke-8 Hijriah dan satu madrasah lainnya dibangun pada pertengahan abad ke-9 Hijriah. Madrasah ini jika diurutkan sesuai dengan waktu pendiriannya adalah sebagai berikut:

1. Madrasah Ath-Thaybarsiyyah

Madrasah ini terletak di pelataran bagian dalam Masjid Al-Azhar, tepatnya di ruangan pertama sebelah kanan jika memasuki Masjid Al-Azhar melalui Gerbang Al-Muzayyinin yang berhadapan dengan Masjid Muhammad Bik Abu Dahab.

Madrasah ini didirikan oleh Amir ‘Alauddin Thaybars bin Abdullah Al-Waziri Al-Khazindari, seorang pimpinan tentara Mesir pada masa Malik Husamuddin Lasyin Al-Manshuri atau yang dikenal dengan Amir Thaybars. Dengan nama familiarnya itulah madrasah ini kemudian dinamai. Madrasah ini selesai didirikan pada tahun 709 H (1309/1310 M). Dalam kitab Al-Mawa’izh wa Al-I’tibar, Al-Maqrizi menyebutkan bahwa madrasah ini dijadikan sebagai masjid dan merupakan perluasan Masjid Al-Azhar. Selain itu, Al-Maqrizi juga menuturkan bahwa di dalam bangunan ini terdapat tempat santai bagi para talib setiap hari Jumat, rak-rak buku, lemari para talib, dan tempat pembelajaran mazhab Syafi’i. Di sekitar madrasah dibangun pula tempat untuk berwudu dan haudh (tempat minum hewan tunggangan atau ternak).

Madrasah ini mendapat perhatian besar oleh Amir Thaybars. Ia mewakafkan banyak harta untuk mencukupi segala hal yang berkaitan dengan madrasah yang ia bangun. Ia terus mendermakan wakaf hingga wafat pada 20 Rabiulakhir 719 H dan dimakamkan di dalam madrasah yang sama.

Pada masa Amir Abdurrahman Katkhuda, madrasah ini pernah direnovasi pada tahun 1167 H (1753 M). Madrasah ini juga kembali direnovasi pada tahun 1310 H (1892 M) pada awal kepemimpinan Khedive Abbas Hilmi II. Lalu pada tahun 1314 H (1897 M), madrasah ini dijadikan sebagai Perpustakaan Pusat Al-Azhar pertama di era modern. Ketika terjadinya pemindahan Maktabah Al-Azhar ke gedung yang bersampingan dengan gedung baru Masyakhah Al-Azhar, Madrasah Ath-Thaybarsiyyah sempat vakum, lalu dijadikan sebagai ruangan Lajnah Fatwa di Masjid Al-Azhar, hingga kemudian, fungsi maktabah di dalam madrasah ini kembali diresmikan pada hari Rabu, 12 Januari 2022 lalu.

Al-Azhar

Sepilihan tulisan yang mengisahkan sejarah Al-Azhar dapat teman-teman temukan

di sini

2. Madrasah Al-Aqbughawiyyah

Sebagaimana sebelumnya, madrasah ini juga terletak di pelataran bagian dalam Masjid Al-Azhar, berhadapan dengan Madrasah Ath-Thaybarsiyyah, tepatnya di ruangan pertama sebelah kiri jika memasuki Masjid Al-Azhar melalui Gerbang Al-Muzayyinin.

Madrasah ini didirikan oleh Amir Aqbugha Abdulwahid Al-Auhadi An-Nashiri, sosok amir yang asal mulanya adalah mamluk yang diangkat menjadi Istadar (istilah saat itu bagi penanggung jawab semua urusan rumah Sultan, baik dari makanan, pelayanan, dan anak-anak) dari Sultan An-Nashir Muhammad bin Qalawun. Madrasah ini selesai dibangun pada tahun 740 H (1339 M) dan dinamai sesuai dengan nama sang amir. Setelah meninggal, Aqbugha dimakamkan di dalam madrasah yang ia bangun ini.

Konon, disebutkan oleh Al-Maqrizi dan Ibnu Taghri Bardi bahwa madrasah ini dibangun di rumah hunian Amir ‘Izzuddin Aydumur, Naib Kesultanan pada masa Sultan Azh-Zhahir Baybars secara ghasab. Amir Aqbugha mengumpulkan para pakar bangunan dan banyak pekerja untuk membangun madrasah ini. Namun, tanpa diberi upah meski terus bekerja setiap hari. Bahkan, Al-Maqrizi sampai berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih zalim, lalim, dan keras hati dibandingkan dia.” Selain itu, semua batu-bata, pernak-pernik, kayu, dan perkakas yang lainnya tidak dibayar.

Madrasah ini diperuntukkan bagi kuttab (tempat belajar baca tulis Al-Quran) anak-anak yatim piatu, tempat memberikan makanan bagi para talib mujawirin, dan tempat pembelajaran Mazhab Hanafiyyah. Madrasah ini juga menjadi tempat Perpustakaan Pusat Al-Azhar selain di Madrasah Ath-Thaybarsiyyah.

Meski terdapat hal yang miris berkenaan dengan pembangunannya, namun madrasah ini tetap menjadi perhatian oleh orang-orang setelahnya. Pada tahun 1297 H (1879 M), Madrasah Al-Aqbughawiyyah pernah direnovasi oleh Khedive Ismail Basya. Begitu juga oleh Khedive Abbas Hilmi II pada tahun 1310 H (1892 M). Setelah sempat vakum menjadi Maktabah Al-Azhar, fungsi maktabah di dalam madrasah ini kembali diresmikan pada hari Rabu, 12 Januari 2022 lalu, berbarengan dengan Madrasah Ath-Thaybarsiyyah.

3. Madrasah Al-Jauhariyyah

Berbeda dengan dua madrasah sebelumnya yang berhadap-hadapan, memiliki banyak persamaan dalam kegunaan, fasilitas, dan sebagainya, Madrasah Al-Jauhariyyah agak berbeda. Madrasah ini terletak bersebelahan dengan tempat wudu, berada di sebelah kanan jika masuk melalui Gerbang As-Sirr atau juga disebut dengan Gerbang Ash-Sha’ayidah.

Jejaring Keilmuan Ash-Shabban dan Ulama Nusantara di Al-Azhar
Para santri Indonesia tak asing dengan kitab karangan Syekh Ash-Shabban. Tulisan ini mencoba menyelisik jejaring alim ulama Al-Azhar & Nusantara.

Madrasah ini didirikan oleh Amir Jauhar bin Abdullah Al-Qanqabai, Khazindar Sultan Al-Asyraf Barsibay pada tahun 844 H (1440 M) dan diberi nama sesuai dengan namanya. Meski terbilang kecil dibandingkan dua madrasah sebelumnya, madrasah ini memiliki arsitektur yang indah. Ia memiliki empat iwan (atap lengkung) pada tiap sisi, mihrab, kubah, pintu, yang semuanya dibalut dengan marmer berwarna dan berbagai macam ukiran serta khat.

Madrasah ini digunakan sebagai tempat salat para talib mujawirin, sekaligus menjadi tempat belajar mereka. Selain itu, madrasah ini juga menjadi tempat penyimpanan alat-alat dan pakaian mereka. Setelah merampungkan pembangunan, tak berapa lama berselang Amir Jauhar wafat di tahun yang sama setelah berdirinya madrasah ini. Kemudian, jasadnya dimakamkan di dalam madrasah yang ia bangun.

💡
Baca juga artikel lain di rubrik TARIKH atau tulisan menarik Amirul Mukminin