Skip to content

Apakah menziarahi ahlulbait dan kuburan orang-orang saleh itu perbuatan syirik?

Seseorang berkisah bahwa ia kerap ziarah ke makam ahlulbait dan orang saleh. Ia gundah disebut berbuat syirik. Lantas ia bertanya kepada Syekh Ahmad Ath-Thayyib.

FOTO Pertanyaan tentang ziarah kubur yang dianggap syirik
FOTO Pertanyaan tentang ziarah kubur yang dianggap syirik

Pertanyaan berikut dijawab oleh Syekh Ahmad Ath-Thayyib dan telah dimuat di harian nasional Mesir:

Menziarahi Ahlulbait dan Kuburan Orang Saleh

“Aku sudah terbiasa melakukan perjalanan dari Port Said menuju Kairo secara kontinu untuk mengunjungi ahlulbait. Tidak ada yang mendorongku untuk melakukan hal tersebut melainkan kecintaan yang kuat kepada mereka dan kakek mereka, Baginda Nabi Muhammad SAW. Kemudian ada yang berkata kepadaku, ‘Sungguh, ziarah yang engkau lakukan ini adalah bentuk kesyirikan kepada Allah.’ Apakah benar demikian?”

📰
Tanya jawab ini dimuat di Surat Kabar Al-Ahram pada hari Jumat, 7 Rabiulawal 1418 H - 11 Juli 1997 M

Jawaban: Di sana terdapat ketercampur-adukkan yang luar biasa, bahkan sebenarnya tertolak secara tabiat, di mana banyak para pendakwah yang menyeru kepada masyarakat tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai perbedaan antara “hakikat ibadah” dengan “hakikat cinta dan penghormatan”. Ibadah ialah meyakini ketuhanan dan mengarahkan semua ibadah kepada zat yang disembah, seperti ibadah salat, puasa, sujud, doa, tasbih, dan berbagai bentuk ibadah lainnya. Makna inilah yang dapat menghancurkan keyakinan seorang muslim dan menjadikannya seumpama ungkapan atsar ba'da 'ain yakni ibarat sesuatu yang ada malah diabaikan, tetapi yang tiada justru dicari-cari.

Jadi, apabila seorang muslim meyakini ketuhanan selain Allah SWT atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu lain, lantas ia salat kepada sesuatu lain itu, juga bersujud kepadanya, menasbihkannya, serta berkeyakinan ialah yang memberi manfaat juga celaka, maka demikian itu adalah tindakan menjauhkan diri dari agama Islam, menuju jeratan kesyirikan dan paganisme.

Tidak ada satu pun muslim di muka bumi yang meyakini konsep ketuhanan pada diri Nabi Muhammad SAW, Imam Al-Husain, ataupun wali; apalagi bersujud, bertasbih, serta percaya bahwa mereka dapat memberi manfaat dan mudarat selain Allah. Semua ini adalah sangkaan dan tuduhan palsu, hanya ada di dalam benak orang-orang yang mudah mengafirkan sesama kaum muslimin yang senantiasa bertauhid.

Keabsahan ziarah kuburan sudah menjadi ijmak di kalangan umat Islam. Hal ini tentu saja jika kita mengesampingkan sejumlah pendapat abnormal (syadz) yang digalakkan belakangan ini oleh sekelompok orang yang gemar menyebarkan perpecahan di kalangan umat Islam dan memecah-belah persatuan dengan mengklasifikasikan mereka sebagai: “musyrik, fasik, dan ahli bid’ah!” Ditambah, perkara ini kian menyempit di kala mereka mulai membatasi jumlah umat Islam menjadi persentase kecil yang tak lebih dari 1% dari jumlah keseluruhan umat Islam. Tentu saja, hal ini menjadi informasi mengejutkan yang gamblang bagi musuh-musuh Islam di dunia Timur dan Barat.

Biografi

Sepilihan riwayat hidup para tokoh dapat teman-teman temukan

di sini

Bahkan Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah—yang kata-katanya dijadikan hujah oleh mereka yang menetapkan deskripsi “syirik” kepada orang yang menziarahi Imam Al-Husain RA atau salah satu ahlulbait Baginda Nabi nan mulia—itu mengetahui nilai tempat-tempat ini beserta keberkahan dan karunia di dalamnya. Bahkan mengenai hal ini, Imam Ibnu Taimiyyah menceritakannya dengan kacamata seorang pecinta. Perhatikan baik-baik perkataannya:

“Hal-hal yang berkenaan dengan keramat dan khariq li al-‘adah (perkara yang menyalahi kebiasaan) yang terdapat di kuburan para nabi dan orang-orang saleh tidak termasuk dalam bab ini (Bab ‘Ibadah Al-Qubur: Bab tentang Menyembah Kuburan), seperti turunnya cahaya dan malaikat, perlindungan dari setan, syafaat beberapa dari mereka (nabi dan orang saleh) untuk kuburan di sekitarnya, mendapatkan kedamaian dan ketenangan, serta azab bagi orang yang merendahkan mereka. Karena, apa-apa yang ada di kuburan para nabi dan orang-orang saleh seputar keramat, rahmat, dan keistimewaan lain dari Allah, melebihi ekspektasi yang dibayangkan banyak orang.” [kitab Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim].

Di tempat yang lain, Ibnu Taimiyyah juga berkata, “Secara umum, menziarahi kuburan hukumnya diperbolehkan, bahkan kuburan orang kafir.” [kitab Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim].

Nabi Muhammad SAW telah memberikan izin kepada kita secara umum terkait kebolehan menziarahi kuburan orang muslim dan kafir. [Lihat: HR. Muslim dan Abu Daud].

Selanjutnya, saya hanya ingin bertanya kepada mereka yang berani mengafirkan orang lain, “Apakah masuk akal, ziarag ke kuburan orang kafir diperbolehkan, sedangkan menziarahi kuburan Imam Al-Husain termasuk perbuatan syirik? Pola pikir macam apa yang dapat memunculkan pemahaman aneh begini?”

Adapun berkenaan dengan apa yang dilakukan oleh sebagian peziarah yang bertentangan dengan adab-adab islami saat menziarahi ahlulbait dan para wali, itu memang hal yang tertolak. Kewajiban kita adalah mengajari mereka adab-adab menziarahi kuburan, bukan malah melarang mereka untuk berziarah. Alangkah baiknya lagi jika para ulama berkenan menjelaskan syarat-syarat dan adab-adab yang diperlukan pada tempat-tempat tersebut kepada masyarakat yang berziarah.


💡
Artikel FATWA ini diterjemahkan dari buku Syekh Ahmad Ath-Thayyib berjudul Min Dafatiri Al-Qadimah, oleh Amirul Mukminin

Latest