Bahaya Ekstremisme Agama, 7 Pesan Syekh Jadal-Haq untuk Pemuda

Beberapa hari belakangan dunia Islam gempar sebab celotehan tidak bertanggung jawab oleh beberapa kader partai berkuasa di India. Kecaman dari berbagai negara Islam terhadap tindakan tersebut pun tidak terelakkan. Banyak negara mengirimkan kecaman ke perwakilan India di negaranya, seperti yang telah dilakukan oleh Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Qatar, Pakistan, Maladewa, Indonesia, bahkan Amerika Serikat. Al-Azhar sebagai institusi Islam berpengaruh dan tertua di dunia pun tak ketinggalan pula memberikan sikap berupa kecaman keras terhadap tindakan tersebut. Pernyataan sikap ini dapat diakses di berbagai halaman resmi Al-Azhar. Dalam pernyataan itu, Al-Azhar memandang hal tersebut sebagai suatu bentuk ekstremisme yang nyata dalam beragama.

Sebagai garda terdepan dalam menjaga khazanah keilmuan Islam, Al-Azhar selama ini terus berusaha memerangi segala macam pola pikir ekstrem dan radikal. Salah satu upaya Al-Azhar dalam memerangi ekstremisme adalah dengan menerbitkan buku-buku, baik buku kategori besar yang berisi pemaparan rinci maupun risalah kecil yang berisikan paham wasatiah Al-Azhar dan corak Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Salah satu buku keluaran Al-Azhar yang pas dibaca di masa ini adalah kitab berjudul At-Tatharruf Ad-Dini wa Ab’aduhu Amniyyan wa Siyasiyyan wa Ijtima’iyyan (Ekstremisme Agama dari Perspektif Keamanan, Politik, dan Sosial) karya Syekh Jadal-Haq Ali Jadal-Haq.

Az-Zankaluni, Ulama Besar Al-Azhar yang Nasionalis
Guru Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani bernama Az-Zankaluni. Alim nan saleh, ahli hadis, ulama Al-Azhar yang pidatonya menggelora di Revolusi 1919.

Buku yang ditulis oleh seorang Syekhul-Azhar pada masa 80-an ini dicetak seukuran saku dan diterbitkan lagi belakangan. Selain buku ini, masih banyak lagi karya Syekhul-Azhar Jadal-Haq yang kebanyakan bertema hukum Islam, seperti Risalah fi Al-Ijtihad, Al-Fiqh Al-Islami Murunatuhu wa Tathawwuruhu, Ahkam Asy-Syar’iah Al-Islamiyyah fi Masaila Thibbiyyah ‘an Al-Amradh An-Nisaiyyah, dan masih banyak yang lainnya.

Syekh Jadal-Haq lahir di Desa Bathrah, Provinsi Ad-Daqahliyyah, Mesir pada 5 April 1917 M. Beliau dipercaya mengemban amanah sebagai Syekhul-Azhar sekitar 14 tahun lamanya, tepatnya sejak tahun 1982 M hingga akhir hayatnya pada 1996 M. Ditulis di abad 20 tidak menjadikan tulisan beliau tentang ekstremisme agama ini usang. Justru di era beliaulah di mana banyak ideologi yang baru berkembang dan berlomba-lomba untuk memengaruhi kehidupan sosial dunia, seperti ideologi marksisme, liberalisme, modernisme, hingga wahabisme di dalam Islam. Tema-tema seperti yang ditulis beliau sebagai ulama terpandang ini menurut saya sangat menarik untuk dibaca.

Biografi

Sepilihan riwayat hidup para tokoh dapat teman-teman temukan

di sini

Beliau membagi risalah ini ke dalam delapan pembahasan setelah preambul. Pada empat bahasan awal, beliau terfokus pada penggambaran masalah secara runut hingga ke akar. Di sini beliau menggambarkan betapa banyaknya ideologi dari Barat yang berlomba-lomba untuk menyusupi pikiran pemuda muslim saat itu, bahkan mungkin hingga hari ini. Ideologi yang datang dari Barat ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mementingkan materi dan mengingkari kebutuhan batin atau spiritual. Sifat materialis dan ingkar akan hal spritual metafisik yang dibawa ideologi ini perlahan menjauhkan pemuda muslim dari agamanya. Kurangnya perhatian dari orang tua dan pemerintah tentang pentingnya menjaga pemikiran generasi muda turut membantu dalam penyebaran ideologi-ideologi ini. Lambat laun pemuda semakin jauh bahkan meninggalkan agamanya.

Setelah menggambarkan pengaruh pemikiran Barat yang berhasil menjauhkan pemuda Islam dari pemahaman agamanya, beliau menggambarkan komunitas Islam yang berpegang pada agamanya, namun tidak memahami agamanya secara benar. Dalam artian ada kelompok yang berkebalikan dari kelompok pertama tadi, yakni memegang teguh agamanya, tetapi hanya secara tekstual saja bukan secara kontekstual. Kelompok ini rentan menjadi korban keculasan dari oknum-oknum tertentu yang membawa pemahaman menyimpang dari Islam. Tidak jarang pula pemahaman kelompok yang terlalu tekstual ini membawa mereka menghalalkan segala cara dalam menghadapi kelompok yang berbeda paham dengan mereka, bahkan bisa berujung pada pembunuhan hingga aksi terorisme.

Langkah Strategis Al-Azhar Melawan Terorisme
Akhbar media di Indonesia santer menyebut satu alumnus Al-Azhar terlibat kasus terorisme. Bagaimana sikap dan langkah Al-Azhar terkait paham ini?

Ekstremisme agama menurut Syekhul-Azhar Jadal-Haq bin Ali bin Jadal-Haq adalah bentuk pemahaman yang keliru terhadap teks agama yang membawa empunya ke arah radikalisme. Perilaku ini sangat tidak dibenarkan di dalam Islam. Jelas sekali perilaku ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pendidikan agama yang sahih, baik itu di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan sosial masyarakat.

Menurut Syekhul-Azhar yang juga pernah menjabat Mufti Agung Mesir ini, untuk mengatasi keberadaan pemikiran yang membawa ke arah ekstremisme beragama adalah dengan memberikan penerangan kepada masyarakat. Usaha penerangan kepada masyarakat ini dapat dilakukan dengan membuka forum dialog maupun seminar-seminar. Selain itu, pemaparan pun harus disampaikan oleh para ahli di bidangnya dan tentunya dengan tutur kata yang baik serta argumentasi yang jelas.

Fenomena UAS dan Tantangan Dakwah Islam
Isu ekstremisme menjadi perhatian negara-negara di dunia. Ditolaknya UAS di Singapura mempertegas tantangan dakwah Islam di tengah ruang publik.

Pada pembahasan akhir, Imam Akbar Jadal-Haq Ali Jadal-Haq memberikan pesan khusus bagi para pemuda terkait paham ekstrem dalam beragama. Setidaknya ada tujuh poin yang dapat saya ambil sebagai nasihat dari beliau:

Pertama, tindakan teror ataupun menakut-nakuti orang lain walaupun dengan maksud bercanda, sangat tidak dibenarkan di dalam Islam, bahkan Nabi SAW melarang keras hingga melaknat pelaku teror tersebut. Karena Islam mengajarkan cara hidup bermasyarakat dengan penuh rasa cinta, kasih sayang, dan toleransi dalam pondasi kebaikan dan ketakwaan.

Kedua, agama itu adalah nasihat, sebagaimana yang tertuang di dalam sebuah Hadits. Maka, mengikuti pemikiran yang keliru dan penafsiran yang sesat terhadap agama tentu akan merusak tatanan masyarakat. Dari sini terlihat pentingnya memperhatikan tempat kita menimba ilmu agama sehingga nilai baik dan moral tidak hilang dari pemeluk agama.

Ketiga, penyebab ekstremisme di dalam Islam adalah sifat fanatisme terhadap suatu pandangan hingga memaksakan pandangan itu kepada orang lain. Maka, sebisa mungkin kita berupaya menghindarkan diri kita dari sifat fanatik dan berlebihan.

Keempat, agama itu mempermudah bukan mempersulit. Maka, bertindak radikal maupun memaksakan kehendak terhadap orang lain itu adalah suatu dosa besar.

Kelima, kaum ekstremis itu tidak tahu apapun kecuali dirinya, pendapatnya, dan pikirannya saja. Perilaku tertutup dalam kebodohan inilah yang menjadi musuh bagi Islam bahkan umat manusia sealam raya.

Keenam, jalan keluar dari pengaruh ekstremisme adalah dengan cara membekali diri dengan pendidikan Islam yang sahih yang sesuai dengan sumber asalnya. Dengan hal itu para pemuda dapat membentengi dirinya untuk melawan pemikiran ekstrem dan fanatik.

Bisakah Kita Beragama tanpa Mazhab?
Kembali ke Al-Quran & sunnah kerap menjadi jargon dalam beragama. Tulisan ini menjawab persoalan itu plus memaparkan pentingnya bermazhab.

Ketujuh, sangat dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama memberantas ekstremisme dan permusuhan. Hal ini demi menjaga keamanan dan keselamatan dalam menjalin kehidupan bersama, serta menjalankan perintah Allah yang mengharamkan kezaliman, kerusakan, dan permusuhan.

Inilah tujuh inti sari dan nasihat dari Syekhul-Azhar Jadal-Haq Ali Jadal-Haq dalam bukunya At-Tatharruf Ad-Dini wa Ab’aduhu. Semoga kita dapat terhindar dari jerat kebodohan, kesalah-pahaman, kefanatikan dan segala hal yang membawa kita menuju pemikiran ekstrem bahkan terorisme dan tindak kekerasan. Wallahua’lam.


💡
Baca juga ulasan lain di rubrik RESENSI atau tulisan menarik Muhammad 'Auf Al Hariri