Skip to content

Kisah Al-Hadrami di Pasar Buku Cordoba

Bagaimana buku menjadi incaran para muslim di Cordoba. Namun sayangnya, tak semua pembeli buku benar-benar membeli dengan maksud mendarasnya.

Foto: Ilustrasi buku (Zach Plank/Unsplash)
Foto: Ilustrasi buku (Zach Plank/Unsplash)

Salah satu cerita menarik tentang betapa muslimin terdahulu mencintai ilmu dan memburu buku untuk perpustakaan pribadinya ialah riwayat yang disampaikan Muhammad bin Abdilmalik bin Sa'id (wafat 589 Hijriah) dari Abdulllah bin Yahya Al-Hadrami (wafat 578 Hijriah).

Abdullah Al-Hadrami bercerita, "Saya pernah tinggal di Cordoba (wilayah Spanyol sekarang). Di sana saya berusaha selalu ke pasar buku, mencari buku yang selama ini saya cari. Sampailah pada kitab itu. Kitab yang ditulis dengan khat indah dan jilidan yang cantik. Senang sekali rasanya. Saya naikkan harga belinya tetapi ada seorang yang selalu berani menawar lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga mencapai harga yang kelewat batas."

Ia bilang pada penjual, "Wahai Tuan, siapa sebenarnya yang selalu menawar lebih tinggi dari harga saya hingga sudah kelewat batas seperti ini?"

Sang penjual buku lalu memperlihatkan pada Al-Hadrami seseorang dengan pakaian kebesarannya. Al-Hadrami mendekat dan menyapa, "Semoga Allah merahmatimu, duhai Tuan Fakih nan Cendekia. Kiranya memang engkau sangat butuh kitab ini, saya 'kan tinggalkan. Kita sudah terlewat batas harga normal."

Seorang tuan tadi menjawab, "Saya bukanlah seorang fakih, juga tak tahu apa isi buku itu. Saya hanya seorang yang sedang mendirikan perpustakaan di rumah. Merayakannya segera dan menjadikannya megah di mata penduduk negeri.

Terdapat sisa tempat di rak yang sangat pas dengan kitab itu. Setelah saya melihat, buku itu memiliki khat yang indah dan jilidan yang bagus. Saya ingin meminangnya."

Kisah ini membawa kepingan rekaman masa lalu bahwa para fukaha sedemikian memburu kitab-kitab. Juga tentang kota-kota di Andalusia yang penuh dengan pasar-pasar buku hingga terdapat satu komplek yang khusus buku baru maupun khusus buku bekas.

Selain itu, terdapat pula rekaman fenomena saat itu bahwa perpustakaan pribadi adalah suatu kebanggaan bagi penduduk Andalus. Meskipun, belum tentu si empunya buku adalah seorang pembaca yang baik atau seorang ulama.

Prof. Dr. Abdussattar Al-Halwagy dalam suatu kelas mengiaskannya dengan interior ruangan. "Perpustakaan saat itu bak perabot rumah yang harus disediakan jika seorang hendak berumah-tangga. Namun, sayangnya, ia lantas hanya menjadi ornamen penghias belaka." kata guru pengampu salah satu mata-kuliah saya di suatu muhadarah di Institut Riset dan Studi Arab, Liga Arab.

Latest