Skip to content

Kisah Kedermawanan Syekh Salim Al-Bisyri

Banyak kisah menarik dari kehidupan para ulama. Salah satunya kisah Syekhul-Azhar Salim Al-Bisyri, alim yang dikenal murah hati nan penderma.

FOTO: Syekh Salim Al-Bisyri, Syekhul Azhar. (Istimewa)
FOTO: Syekh Salim Al-Bisyri, Syekhul Azhar. (Istimewa)

Kisah kedermawanan para ulama terdahulu banyak ditemukan dalam kitab-kitab yang menghimpun riwayat hidup mereka. Kisah-kisah para alim nan saleh sudah seyogyanya diceritakan kembali kepada generasi selanjutnya. Dengan kisah semacam itu, para pembaca dan pendengar dapat mengetahui bahwa peran para ulama tak sebatas sebagai pemuka agama atau ajar-mengajar, namun lebih dari itu, mereka juga berperan dalam kehidupan sosial, bernegara, dan bermasyarakat secara umum.

Sebagai wilayah yang kerap disebut kiblat keilmuan dalam jagat keislaman, Mesir yang merupakan Negeri Al-Azhar mempunyai banyak sekali alim ulama, baik dari dalam negeri maupun yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu. Banyak dari kisah hidup mereka yang penuh keteladanan. Sebut saja seperti Syekh Salim Al-Bisyri (wafat 1917 M), sosok alim Al-Azhar yang meski sudah berpulang lebih dari seratus tahun yang lampau namun namanya masih terdengar hingga saat ini, terlebih di kalangan para santri Al-Azhar dan ulamanya.

Beliau bernama Salim bin Abi Farraj bin Salim bin Abi Farraj Al-Buhairi Al-Qurasyi Al-Maliki Al-Azhari, kelahiran Mahallah Bisyr, Markaz Syubrakhit, Provinsi Al-Buhairah, Mesir pada tahun 1248 H (1832 M). Beliau adalah sosok yang pernah menjabat sebagai Syekhul-Azhar, tampuk tertinggi kepemimpinan di Al-Azhar. Di balik sosok yang besar tersebut, ada berbagai kisah kedermawanan beliau yang tercatat dalam beberapa buku sumber sejarah.

Al-Minsyawi, Sang Pemilik Suara yang Tersedu
Mesir memiliki sederet nama qari kenamaan. Al-Minsyawi salah satu yang dikenal dunia. Meski 52 tahun berlalu, sosoknya tak tergantikan.

Suatu ketika, Syekh Salim Al-Bisyri baru saja selesai membeli jubah baru di pasar untuk dipakai di hari raya. Beliau kemudian pulang ke kediamannya. Baru saja melepas lelah, datanglah seorang nan alim yang mengunjungi beliau di rumahnya. Melihat orang tersebut, Syekh Salim mengetahui bahwa dia tidak memiliki pakaian baru untuk dipakai di hari raya. Beliau segera memberikan jubah yang baru saja ia beli di pasar tadi kepada orang tersebut, bahkan ia juga menambahkan kain serban untuk melengkapinya. Orang tersebut menolak seraya berkata, “Ya Maulana, ini jubahmu. Dan engkau saja belum memakainya.”

Syekh Salim yang mendengar jawaban tersebut menolak dan bersikeras memberikannya kepada orang tersebut. Orang tersebut akhirnya menerima pemberian itu. Setelah kepergian orang tersebut, beliau berkata kepada anak-anaknya, “Kalau memang jubah itu adalah bagianku, barang tentu orang tersebut tidak datang di waktu-waktu seperti sekarang ini. Jubah itu adalah bagiannya.”

Tamu dari Sudan dan Kisah Seorang Pemuda

Pada suatu hari, Syekh Salim pernah kedatangan tamu dari negeri Sudan. Beliau menyambut mereka dengan gembira seraya berseru, “Ahlan wa Sahlan, selamat datang, wahai penduduk Sudan yang baik nan budiman.” Beliau kemudian mengajak mereka makan bersama setelah salat Magrib. Karena kedatangan tamu jauh, beliau mengajak mereka membaca Al-Quran bersama hingga waktu sahur menjelang Subuh.

Di waktu yang lain, ada seorang pemuda yang sedang dahaga. Kebetulan di pekarangan rumah Syekh Salim terdapat pompa air yang diwakafkan kepada siapa saja untuk minum para musafir dan orang yang lalu-lalang yang dahaga. Datanglah pemuda tersebut ke pompa air dan meminum air di sana. Ketika pemuda itu minum, kala itu Syekh Salim sedang makan-makan bersama Syekh Muhammad Ibrahim As-Samaluthi (wafat 1934 M) di teras rumahnya. Beliau pun mengajak pemuda tersebut untuk makan bersama.

“Aku tidak mau makanan! Aku ingin uang!”, kata pemuda tersebut.

Tafsir Ar-Razi terkait Krisis Ekologi
Imam Ar-Razi menafisiri ayat Al-Quran tentang kerusakan di muka bumi sebab manusia. Bagaimana peran manusia dalam suatu krisis ekologi?

Syekh Muhammad As-Samaluthi yang mendengar jawaban pemuda tersebut marah karena menolak ajakan Syekh Salim dan sikapnya yang malah ingin meminta yang lain. Namun, Syekh Salim menenangkan Syekh As-Samaluthi seraya berkata, “Ya Muhammad, apakah engkau rida jika kabar miring tersebar bahwa ada ada seorang peminta yang datang di depan pintu rumah Syekhul-Azhar sedangkan Syekhul-Azhar mengusirnya?”

Syekh Salim kemudian memberi pemuda tersebut uang dan makanan. Beliau berkata kepada pemuda tersebut, “Makanlah yang banyak! Inilah rumah Syekhul-Azhar.”

Beginilah kedermawanan para ulama Al-Azhar sejak dahulu. Dan tentu saja ini hanyalah sepenggal kisah dari sekian banyaknya kisah kedermawanan Syekh Salim Al-Bisyri. Hal ini belum dihitung dengan kisah kedermawanan para Syekhul-Azhar di tiap-tiap masa, baik yang terekam tinta sejarah maupun turun-temurun dikisahkan oleh generasi setelahnya.


Baca juga artikel lain di rubrik BUDAYA atau tulisan menarik Amirul Mukminin

Latest