Syekh Abdulghani Abdulkhaliq, Pelopor Kajian Sejarah Usul Fikih

Bagi para pengkaji ilmu syariat, kurang lengkap jika tidak mengenal satu sosok ini. Ulama lulusan Universitas Al-Azhar angkatan pertama ini meninggalkan banyak murid yang di kemudian hari menjadi tokoh kondang usul fikih di akhir abad ke-20 M dan awal abad 21 M. Bukan hanya di Mesir, murid-murid tokoh ini pun tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di Nusantara. Salah satu tokoh Nusantara yang menjadi murid dan diberi bimbingan dalam menulis disertasi adalah KH Ahmad Nahrawi Abdussalam. Tokoh ulama dalam biografi kali ini ialah Syekh Abdulghani Abdulkhaliq.

Nama dan Kelahiran

Ia bernama lengkap Abu Al-Kamal Abdulghani bin Muhammad Abdulkhaliq bin Hasan bin Mushthafa Al-Mishri Al-Qahiri. Abu Al-Kamal merupakan nama kunyahnya, sebab salah satu putranya ada yang bernama Muhammad Kamaluddin Abdulghani. Selain Abu Al-Kamal, ia juga memiliki kunyah lain, yaitu Abu Al-Hasan, karena salah satu putranya ada yang bernama Hasan Abdulghani. Dua nama kunyah ini sering ditulis atau dijadikan sebagai tanda tangan dalam beberapa tulisan dan beberapa kesempatan. Hal ini disampaikan oleh Syekh Thaha Jabir Al-‘Alwani, salah satu murid dekatnya.

Ia lahir di kota Kairo pada 14 Safar 1326 H (17 Maret 1908 M), tepatnya di distrik Sayyidah Nafisah. Oleh sebab itu, di belakang namanya terdapat nisbah Al-Qahiri. Sementara nisbah Al-Mishri merujuk pada Mesir. Di samping lahir dan dibesarkan di Kota Kairo, ia juga wafat di kota tersebut. Sehingga dua nisbah di atas merujuk kepada tempat lahir, tempat tinggal, dan tempat ia wafat.

Keluarga

Syekh Muhammad Abdulkhaliq, ayahnya, merupakan salah satu pembesar ulama Al-Azhar. Dari sisi ibu, beliau merupakan keturunan Rasulullah SAW. Sementara dari pihak ayah, beliau merupakan keturunan Sahabat Nabi, Abu Musa Al-Asy’ari.

Syekh Abdulkhaliq memiliki jabatan sebagai Syekh Masjid Sayyidah Nafisah. Jabatan ini diwarisi dari kakek beliau dari pihak ibu. Selanjutnya, pasca sang ayah wafat pada 1947 M, jabatan ini diwariskan kepada Ahmad, adik dari tokoh yang sedang kita bahas. Di samping Abdulghani dan Ahmad, Syekh Muhammad Abdulkhaliq juga memiliki putra pertama bernama Mushthafa.

Kehidupan Awal dan Masa Belajar

Abdulghani muda telah menghafal Al-Quran pada usia dini. Selanjutnya ia meneruskan belajarnya di Ma’had Al-Azhar. Setelah lulus dari Ma’had (sekolah menengah), ia masuk di Fakultas Syariah Islamiah Universitas Al-Azhar yang saat itu belum lama dibuka. Saat itu, Universitas Al-Azhar baru memiliki tiga fakultas, yakni Usuluddin, Syariah Islamiah, dan Bahasa Arab. Setelah belajar selama empat tahun, ia berhasil lulus dari fakultas tersebut pada tahun 1935 M dan berhasil meraih Ijazah Aliyah (Lisensi). Angkatan beliau merupakan lulusan pertama dari Fakultas Syariah Islamiah Universitas Al-Azhar.

Kemudian, Abdulghani memasuki jenjang takhashshush maddah (spesialisasi akademis) yang ditempuh selama enam tahun. Pada tahun 1942 M, beliau berhasil mendapatkan Syahadah Al-‘Alimiyyah min Darajah Al-Ustadz pada konsentrasi bidang fikih, usul fikih, dan ilmu-ilmu syariat. Syahadah ini mulai tahun 1961 M diganti menjadi gelar doktoral. Keterangan mengenai tahun keberhasilan beliau mendapat gelar di atas sesuai dengan yang disebutkan oleh Syekh Usamah Sayyid Al-Azhari dalam kitab Jamharah-nya. Namun, kitab Ma’lamah Al-Manahij Al-Azhariyyah, mengutip dari penjelasan Syekh Thaha Jabir Al-‘Alwani, menyebutkan bahwa beliau berhasil mendapat gelar Al-Ustadz pada tahun 1940 M. Hal ini agak janggal, mengingat risalah pertama milik Syekh Ahmad Fahmi Abu Sunnah saja baru disidangkan pada 1941 M. Adapun risalah Syekh Abdulghani yang diajukan untuk mendapatkan gelar tersebut berjudul Hujjiyyat As-Sunnah. Salah satu syekh yang menjadi tim penguji risalah ini adalah Syekh Mahmud Syaltut.

Guru dan Murid

Sejumlah sumber yang menjelaskan biografi Syekh Abdulghani tidak ada yang menyebutkan nama guru beliau. Namun, dalam biografi Syekh Yusuf Al-Marshafi ditemukan informasi bahwa di antara murid beliau adalah Syekh Abdulghani Abdulkhaliq. Hal ini membawa penulis untuk berasumsi bahwa seluruh masyayikh yang ditunjuk sebagai pengajar di Fakultas Syariah Islamiah bersama dengan Syekh Al-Marshafi saat pertama kali fakultas ini dibuka merupakan para guru Syekh Abdulghani. Adapun nama-nama masyayikh yang dimaksud adalah sebagai berikut: Syekh Muhammad Abdulfattah Al-‘Anani, Syekh Muhammad ‘Arafah, Syekh Abdullah Abunnaja, Syekh Ali An-Najjar, Syekh Ali Idris, Syekh Husein Yusuf Al-Bayumi, Syekh Amin Surur, Syekh ‘Afifi Utsman, Syekh Muhammad As-Sayyid Abu Syusyah, Syekh Qindil Qindil Darwisy, Syekh Al-Husaini Sulthan, Syekh Mushthafa Badr Zaid, Syekh Abdussalam Al-‘Askari, dan Syekh Yusuf Musa Al-Marshafi.

FOTO Syekh Abdulghani Abdulkhaliq (tengah) diapit oleh kakak dan adik kandungnya.

Adapun murid-murid beliau adalah sebagai berikut: Syekh Jalaluddin Abdurrahman Jalal, Syekh Muhammad Mahmud Farghali, Syekh Thaha Jabir Al-‘Alwani, Syekh Mushthafa Sa’id Al-Khin, Syekh Sya’ban Ismail, Syekh Ali Jumu’ah, Syekh Muhammad Az-Zuhaili, KH Ahmad Nahrawi Abdussalam, dan masih banyak lagi.

Kiprah dan Jabatan

Pasca lulus, Syekh Abdulghani langsung berkarir sebagai dosen di Fakultas Syariah Islamiah Universitas Al-Azhar. Bukan hanya itu, beliau bahkan sampai menjabat sebagai kepala jurusan usul fikih. Selain mengajar di Al-Azhar, beliau juga pernah mengajar di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Kerajaan Arab Saudi. Beliau juga pernah mengajar, dalam waktu singkat, di berbagai universitas di Irak, Libya, dan Maroko.

Hal yang tak kalah menarik adalah bahwa Syekh Abdulghani pernah ditawari untuk mengajar di fakultas syariah di salah satu sekolah tinggi di Sumatera, Indonesia. Hal ini merupakan sebuah kabar baik dan cukup menggembirakan sebab beliau dikenal sangat susah untuk mengajar di luar Al-Azhar, kecuali bila yang meminta adalah orang dekatnya. Namun, karena kondisi politik di Indonesia yang belum stabil, akhirnya beliau tidak bisa melaksanakan niatnya untuk mengajar di Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1957 M.

Syekh Abdulghani merupakan tipe pengajar yang sangat istikamah dalam menjalankan tugasnya. Sehingga kiprahnya menjadi seorang dosen pembimbing (musyrif) mungkin berbeda dengan kebanyakan dosen lainnya. Karena ketekunan dan masa mengajar lebih dari 40 tahun yang dijalani, jumlah karya ilmiah, baik tesis maupun disertasi, yang beliau bimbing hampir mencapai 500 judul. Jumlah yang cukup fantastis dan mencengangkan.

Berbekal pengalaman dan ketertarikan terhadap manuskrip dan kitab yang terbit, Syekh Abdulghani akhirnya menggeluti dunia tahkik dan menjadi salah satu pakarnya. Bahkan kebanyakan kitab usul fikih dan fikih yang terhitung sebagai kitab induk berhasil ditahkik di bawah bimbingannya. Sehingga masa-masa saat beliau menjadi dosen merupakan masa kebangkitan kembali kitab-kitab usul fikih dan fikih. Beliau sering memberi motivasi kepada murid-muridnya untuk mencurahkan perhatian kepada kitab-kitab manuskrip agar ditahkik dan bisa terbit, sehingga dapat diambil manfaat oleh banyak orang.

Resensi

Kumpulan ulasan buku dan kitab menarik dapat teman-teman baca

di sini

Selain sebagai editor (muhaqqiq) dan dosen pembimbing (musyrif), Syekh Abdulghani juga dikenal sebagai orang pertama yang menggeluti sejarah usul fikih. Di kemudian hari, sejarah usul fikih menjadi mata kuliah tersendiri yang wajib dipelajari oleh mahasiswa pascasarjana jurusan usul fikih. Tidak berlebihan jika beliau dianggap sebagai pelopor sejarah usul fikih.

Pada 8 Syawal 1400 H (18 Agustus 1980 M), Syekh Abdulghani Abdulkhaliq resmi diangkat sebagai anggota Majma’ Al-Buhuts Al-Islamiyyah (Akademi Riset Islam). Beliau juga merupakan anggota Lajnah Al-Fatwa di Al-Azhar. Karena dedikasinya, pada ulang tahun milenium Al-Azhar pada 17 Maret 1983 M, beliau diberi bintang kehormatan tingkat pertama.

Karya

Di antara karya Syekh Abdulghani Abdulkhaliq adalah sebagai berikut:

1.     Hujjiyyat As-Sunnah

Kitab ini pada mulanya adalah disertasi yang diajukan beliau untuk mendapatkan Syahadah Al-‘Alimiyyah min Darajah Al-Ustadz. Kitab ini ditulis selama satu tahun dan disidangkan pada tahun 1942 M.

2.     Muhadharah fi Tarikh Ushul Al-Fiqh (Muqaddimah Ilmiyyah wa Tarajim Ushuliyyah)

Kitab ini merupakan kumpulan materi kuliah beliau yang disampaikan kepada mahasiswa pascasarjana Universitas Al-Azhar.

3.     Ushul Al-Fiqh li Ghair Al-Hanafiyyah Muqarrar As-Sanah Ats-Tsaniyah

Kitab ini sengaja ditulis untuk menjadi diktat kuliah mahasiswa tahun kedua Fakultas Syariah Islamiah Universitas Al-Azhar, khususnya pada jurusan usul fikih.

4.     Al-Imam Al-Bukhari wa Shahihuhu

Kitab ini ditulis sebagai mukadimah cetakan Shahih Al-Bukhari yang diterbitkan oleh Maktabah An-Nahdhah, Makkah Al-Mukarramah (1376 H). Kemudian kitab ini dicetak secara tersendiri oleh Dar Al-Manar li An-Nasyr, Jeddah (1405 H/ 1985 M).

5.     Al-Ijma’ Haqiqatuhu wa Hujjiyyatuhu

Kitab ini ditulis sebagai bahan ajar (diktat) untuk para mahasiswa pascasarjana di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh.

6.     Tahkik kitab Ahkamu Al-Qur’an li Asy-Syafi’i

Kitab ini merupakan tafsir ayat ahkam dari imam Asy-Syafi’i yang dikumpulkan oleh Imam Al-Baihaqi dari beberapa kitab sang imam.

7.     Tahkik kitab Adab Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu karya Syekh Ibnu Abi Hatim.

8.     Tahkik kitab Ath-Thib An-Nabawi karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.

9.     Tahkik kitab Muntaha Al-Iradat fi Jam’i al-Muqni’ ma’a At-Tahqiq wa Ziyadat karya Syekh Ibnu An-Najjar Al-Futuhi.

10.  Difa’ ‘an As-Sunnah

Kitab ini ditulis bersama dengan Syekh Muhammad Muhammad Abu Syahbah. Meski demikian, biasanya kitab ini dikenal sebagai karya mandiri beliau.

Beliau juga termasuk salah satu tim penyusun kitab Mausu’ah Al-Fiqh Al-Islami yang kemudian diterbitkan oleh Al-Majlis Al-A’la li Asy-Syu’un Al-Islamiyyah, Kementerian Wakaf Mesir. Selain itu, beliau juga menulis di sejumlah jurnal ilmiyah. Ada juga sejumlah kitab karya beliau yang masih berupa manuskrip dan belum disebutkan di sini.

Akhir Hayat

Setelah hampir setengah abad berkhidmah untuk Al-Azhar dan umat, Syekh Abdulghani Abdulkhaliq memenuhi panggilan Rabb-nya. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah orang tuanya di kawasan Sayidah Nafisah, di rumah tempat beliau dilahirkan, pada Kamis sore 18 Syawal 1403 H (28 Juli 1983 M). Setelah disalatkan, jenazah beliau disemayamkan di pemakaman Sayidah Nafisah. Semoga rahmat dan keberkahan selalu mengaliri makamnya. Amin..


💡
Baca riwayat hidup alim ulama di rubrik BIOGRAFI atau tulisan menarik Munawar Ahmad