Skip to content

Tradisi Ihtifal Rukyat Hilal Ramadan di Mesir

Malam pengamatan hilal Ramadan atau yang di Mesir disebut Lailah Ar-Ru'yah menjadi momen istimewa. Tradisi ini telah mengakar dari masa ke masa.

FOTO Ihtifal yang dirayakan Mesir untuk pembacaan hasil rukyat hilal Ramadan
FOTO Ihtifal yang dirayakan Mesir untuk pembacaan hasil rukyat hilal Ramadan

Bulan Ramadan adalah salah satu bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Setelah terbenamnya matahari 29 Syakban, umat Islam terfokus kepada sebuah acara resmi dari tiap lembaga keagamaan di dalam negerinya, demi mengetahui apakah besok mulai berpuasa atau belum.

Teruntuk lembaga keagamaan yang mengeluarkan berita ketetapan hilal Ramadan, biasanya dirayakan terlebih dahulu dengan sebuah ihtifal, sembari menantikan jawaban tim penilik hilal awal bulan suci Ramadan. Di Mesir, misalnya, malam pengamatan ini lama dikenal dengan Lailah Ar-Ru'yah (Malam Observasi). Ketika lembaga resmi keagamaan –pada masa ini Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah– memulai pengecekan hilal, lembaga kenegaraan dan para ulamanya merayakan sebuah ihtifal resmi dalam menyambut bulan Ramadan. Di mulai dengan salat Magrib berjamaah, pembukaan acara, pembacaan kalam ilahi, kata sambutan, dan acara inti yang dipimpin langsung oleh Mufti Agung Mesir hingga diakhiri dengan ketetapan hasil pengamatan hilal Ramadan.

Hal Ihwal Terkait Penyambutan Ramadan
Bulan Sya’ban sudah memasuki masa penghujung. Bulan suci Ramadan pun tinggal hitungan hari untuk kita jelang. Apa saja yang perlu kita persiapkan?

Salah satu model ihtifal rukyat hilal Ramadan ini mencerminkan betapa pentingnya bulan Ramadan dalam kebudayaan Islam. Bagi para pembaca sejarah perayaan pengamatan hilal Ramadan di Mesir, selain adanya nilai spiritual keagamaan, mereka juga akan menemukan sebuah nilai sosial dalam merepresentasikan kedatangan bulan suci ini.

Jika ditarik lebih jauh, ihtifal hilal Ramadan di Mesir telah dimulai sejak lama. Dalam buku sejarah, disebutkan bahwa pada tahun 155 H, Al-Qadhi Abdullah bin Lahi’ah yang menjabat sebagai kadi Mesir kala itu pergi untuk melihat hilal dengan diikuti sejumlah kadi lainnya di belakang. Pada masa itu, melihat hilal dilakukan di Jabal Al-Muqaththam, Kairo. Adapun tempat khusus untuk melihat hilal tersebut dikenal dengan nama Dakkah Al-Qudhah (Panggung Para Kadi).

Ketika era Dinasti Al-Fathimiyyah menduduki Mesir, juga tercatat dalam buku-buku sejarah bahwa pemimpin dinasti, yakni Badruddin Al-Jamali membangun sebuah masjid untuk para kadi di Jabal Al-Muqaththam. Masjid yang dibangun dilengkapi dengan menara observatorium untuk melihat hilal. Pada masa Dinasti Al-Fathimiyyah, juga terdapat sebuah tradisi menyambut bulan Ramadan dengan diadakannya Parade Awal Ramadan atau Parade Bulan Sabit. Hal ini adalah sebuah tradisi baik, yang di kemudian hari diteruskan hingga pada era Dinasti Al-Mamalik.

Meski terbilang mirip dengan era sebelumnya, ketika era Dinasti Al-Mamalik, ihtifal hilal Ramadan diadakan di atas menara Madrasah Al-Manshur Qalawun atau yang dikenal juga dengan Al-Madrasah Al-Manshuriyyah di kawasan Jalan Al-Mu'iz li Dinillah. Pengamatan hilal Ramadan dipimpin langsung oleh Qadhi Al-Qudhat, sosok yang menduduki jabatan tertinggi kadi pada masa itu yang mengetuai semua para kadi di bawahnya. Qadhi Al-Qudhat akan melihat hilal dengan disaksikan oleh para kadi dari tiap empat mazhab fikih (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali). Prosesi penilikan hilal ini turut diramaikan dengan lilin dan lentera yang menghiasi sekeliling. Selain Qadhi Al-Qudhat, para kadi empat mazhab, prosesi ini juga dihadiri oleh para pemuka kaum, pembesar negara, saudagar, pemuka kaum, ketua industri, dan para pengrajin.

Jika rukyat hilal Ramadan menghasilkan jawaban positif, semua tempat mulai diterangi dengan berbagai hiasan dan cahaya, baik tempat ruko, menara, rumah-rumah, dan masjid. Ketika Qadhi Al-Qudhat telah turun dari menara, beliau akan digiring beramai-ramai oleh para pembesar negara dan masyarakat setempat dengan membawa berbagai macam pernak-pernik Ramadan, seperti lilin, lentera, obor, hingga beliau tiba di rumahnya. Setelah beliau masuk ke kediamannya, para khalayak kemudian menyebar ke lingkungan sekitar sembari mengabarkan kepada para tetangga bahwa bulan suci Ramadan telah datang.

Al-Azhar

Sepilihan tulisan yang mengisahkan sejarah Al-Azhar dapat teman-teman temukan

di sini

Pada era Dinasti Al-‘Utsmaniyyah, mereka masih memakai sistem yang sama sebagaimana yang diterapkan oleh dinasti sebelumnya. Hanya saja, kali ini tempat observasi hilal dikembalikan ke tempat semula di Jabal Al-Muqaththam. Adapun sistem fakih empat mazhab, iring-iringan khalayak, masih tebilang sama, meski pada masa Dinasti Al-‘Utsmaniyyah para fakih empat mazhab menilik hilal beramai-ramai tanpa diketuai oleh Qadhi Al-Qudhat.

Hal ini terus berlanjut hingga era Dinasti Al-‘Alawiyyah dengan metode dan tradisi yang sama. Oleh karena itu, ketika sampai pada masa pemerintahan Khedive Abbas Helmi II, ia memberikan perintah terkait pemindahan tempat melihat hilal yang biasanya dilakukan di Jabal Al-Muqaththam beralih ke gedung Al-Mahkamah Asy-Syar’iyyah yang berada di Bab Al-Khalq, Kairo.

Kemudian, dengan berdirinya lembaga Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah pada akhir abad sembilan belas yang lalu, otoritas pengamatan hilal dan ihtifal datangnya Ramadan dipegang oleh lembaga fatwa ini. Dalam salah satu tulisannya, Syekh Ali Jumu’ah mengatakan bahwa lembaga Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah melaksanakan tugas ini setiap tahunnya hingga detik ini, dimulai dari tenggelamnya matahari 29 Syakban, dan mengumumkan hasilnya setelah melalui lajnah syariat ilmiah yang tersebar di seantero Mesir, seperti di Al-Wadi Al-Jadid, Suhaj, Qina, Al-Bahr Al-Ahmar, Kota Enam Oktober, Marsa Mathruh, dan Helwan. Setelah semua lajnah dari berbagai sisi menyerahkan hasilnya, Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah yang dipimpin langsung oleh Mufti Agung Mesir mengumumkan hasil tersebut dalam Ihtifal Hilal Ramadan. Ihtifal ini turut mengundang Syekhul-Azhar, mantan Mufti Agung Mesir, Menteri Wakaf Mesir, Gubernur Kairo, jajaran menteri negara, duta besar negara-negara Islam, para hakim, dan negarawan.

Az-Zankaluni, Ulama Besar Al-Azhar yang Nasionalis
Guru Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani bernama Az-Zankaluni. Alim nan saleh, ahli hadis, ulama Al-Azhar yang pidatonya menggelora di Revolusi 1919.

Dahulu, ihtifal ini dirayakan dan berlangsung di sebuah paviliun yang bersebelahan dengan Dar Al-Qadha Al-‘Ali (Gedung Pengadilan Tinggi) ketika gedung Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah masih berada di sana. Setelahnya, ketika Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah telah mempunyai gedung baru di kawasan Ad-Darrasah, Kairo, ihtifal Hilal Ramadan dirayakan di lantai dasar gedung tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, gedung tersebut dirasa sudah tidak mampu untuk menampung para alim ulama dan para pembesar negara. Alhasil, Ihtifal Hilal Ramadan hingga detik ini dirayakan di tempat yang lebih luas, tepatnya di Gedung Al-Azhar Conference Centre (ACC), Madinat Nashr, Kairo.

Ketika di era-era sebelumnya khalayak Mesir mesti turut hadir agar dapat menyaksikan langsung Ihtifal Hilal Ramadan dan mendengarkan hasil rukyat hilal, maka pada hari ini masyarakat cukup melihat dan mendengarkannya melalui televisi, radio, dan media sosial. Sebagaimana yang sempat disinggung di awal, ihtifal pada hari istimewa ini dimulai dengan lantunan ayat suci Al-Quran, kata sambutan, hingga kemudian sesi Mufti Agung Mesir mengumumkan hasil pengamatan hilal. Jika keberadaan hilal telah dikonfirmasi, maka hari berikutnya adalah awal bulan suci Ramadan. Jika belum terbukti, maka hari berikutnya adalah penyempurna dari bulan Syakban.

Aturan Toa dan Ujaran Kebencian dalam Islam
Respon terhadap pernyataan Menteri Agama terkait aturan toa sempat riuh. Medsos pun dipenuhi dengan ujaran kebencian yang jauh dari ajaran Islam.

Semua tradisi Ihtifal Hilal Ramadan yang dilakukan oleh negara Mesir sejak dahulu kala dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadan adalah sebuah tradisi yang baik, bahkan bisa dibilang tradisi ini merujuk kepada firman Allah taala, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan,’.” [Surah Yunus: 58].

Hal ini baru seputar ihtifal yang dilakukan oleh masyarakat di Mesir, Negeri Al-Azhar dalam perayaan munculnya hilal bulan Ramadan, belum termasuk tradisi lain yang dilakukan sebelum Ramadan, di tengah Ramadan, tradisi salat Tarawih, Maidah Ar-Rahman, dan masih banyak lagi.

💡
Baca juga artikel lain di rubrik BUDAYA atau tulisan menarik Amirul Mukminin

Latest