Skip to content

Ath-Thayyib An-Najjar, Suri Teladan Guru Besar Tafsir Al-Azhar

Mengenal sosok alim ulama Al-Azhar bernama Syekh Ath-Thayyib An-Najjar. Guru besar tafsir dan anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar di era 50-an.

FOTO: Syekh Ath-Thayyib An-Najjar, ulama besar tafsir di Al-Azhar. (Istimewa)
FOTO: Putra Syekh Ath-Thayyib An-Najjar, ulama besar di Al-Azhar. (Istimewa)

Ia adalah alim alamah, Syekh Ath-Thayyib bin Hasan bin Husain An-Najjar Al-Hanafi, seorang Azhari kelahiran desa Al-‘Alaqumah, markaz Hahya, provinsi Asy-Syarqiyyah, pada tanggal 25 Syawal 1309 H (23 Mei 1892 M).

Ayahnya, Hasan adalah seorang yang memiliki nama dan kedudukan di kalangan sekitar. Kebiasaan ayahnya yaitu senantiasa membuka pintu rumahnya untuk para tamu dan menjadi tempat persinggahan, hingga ayahnya dikenal dengan Syaikh Al-‘Arab. Di desa dan lingkungan ini, Ath-Thayyib kecil hidup, berkembang, dan menghafal Al-Quran di masjid desa tempat ia tinggal.

Masa Belajar dan Mengajar

Kemudian, ayah Syekh Ath-Thayyib menyekolahkannya di Ma’had Al-Azhar Aleksandria pada tahun 1322 H (1905 M). Di sana, beliau menuntut ilmu hingga meraih syahadah 'Alimiah pada tahun 1336 H (1918 M).

Setelah menyelami lautan ilmu selama 13 tahun. Beliau lalu mengabdikan keilmuannya di Ma’had Al-Azhar Thantha. Setelah beberapa waktu mengabdikan diri di sana, beliau kemudian dipindahkan ke Ma’had Al-Azhar Az-Zaqaziq pada tahun 1927 M.

Kisah Al-Hadrami di Pasar Buku Cordoba
Bagaimana buku menjadi incaran para muslim di Cordoba. Namun sayangnya, tak semua pembeli buku benar-benar membeli dengan maksud mendarasnya.

Ketika gedung-gedung fakultas di samping masjid Al-Azhar telah selesai dibangun, beliau dipindah-tugaskan untuk mengajar di Fakultas Usuluddin pada tahun 1935 M. Di sini, beliau mengajar tafsir dan hadis hingga menjadi profesor ilmu tafsir. Beliau juga dilantik menjadi anggota Hai'ah Kibar Ulama (Dewan Ulama Senior) Al-Azhar pada tanggal 10 Safar 1371 H (10 November 1951 M).

Kisah Inspiratif

Syekh Ath-Thayyib An-Najjar, orangtua Muhammad Ath-Thayyib An-Najjar (sosok dalam foto di atas), adalah seorang pengajar di Universitas Al-Azhar. Syahdan, pada saat itu beliau mendapat amanah dari Syekhul-Azhar Al-Maraghi untuk menjadi ketua umum ujian akhir di Fakultas Usuluddin, tepat pada tahun dimana anaknya, Syekh Muhammad menjadi mahasiswa di fakultas tersebut. Artinya, semua soal akan berada di tangan beliau. Lalu, terbesitlah dalam benaknya untuk menguji sang anak sebelum ujian.

Syekh Ath-Thayyib kemudian mengajukan beberapa soal ujian. Ketika dibaca, sang anak bagai disambar petir dan benar-benar sedih.

Ayahnya bertanya ada apa gerangan pada diri sang anak. Sang anak menjawab, “Wahai Ayah, aku sudah siap untuk mendapatkan nilai teratas dalam ujian. Aku juga sudah tahu bahwa sebenarnya nalurimu tidak memaafkanmu karena telah memberitahuku soal ujian ini, walaupun semua soal ada di tanganmu. Orang lain pasti juga akan mengatakan bahwa ‘Orang tuanya telah menunjukkan kepadanya soal-soal ujian’. Aku tidak ingin menerima rumor seperti ini hingga engkau kena imbas buruknya.”

Syekh Ath-Thayyib yang mendengar hal tersebut kemudian berdiri dan mencium anaknya seraya berkata, “Semoga Allah membukakan pintu (ilmu) bagimu, Anakku. Sungguh, engkau telah meyejukkan hatiku dengan perkataan ini.”

Keesokan harinya, beliau pergi menghadap Syekhul-Azhar Al-Maraghi dan menceritakan kisah ini, seraya memohon uzur dari kepemimpinan ujian syahadah Alimiah pada tahun ini karena adanya sang anak yang di kemudian hari sang anak (sosok dalam foto di atas) tersebut menjadi Rektor Universitas Al-Azhar.

Syekh Al-Maraghi kemudian menjawab, “Wahai Syekh Ath-Thayyib, kamu ini orang yang sangat jarang ditemukan pada masa ini. Orang selainmu pasti akan menerima keputusan ini (tetap menjadi ketua umum ujian syahadah Alimiah) dan menyembunyikan perkara ini dengan keyakinan bahwa yang lain tidak akan mengetahui hal ini (mengetahui bahwa ada anaknya dalam ujian yang dipimpinnya). Tetapi alhamdulillah, Al-Azhar akan senantiasa baik dengan adanya orang-orang sepertimu. Begitupun Islam, akan selalu berjaya.”

Membumikan Akidah Asy’arian ala Abah Cipulus
Bagaimana Alm. KH. Adang Badruddin mampu membumikan ajaran akidah Asy’ari di tengah masyarakat.

Karangan dan Akhir Hayat

Di samping itu, Syekh Ath-Thayyib juga meninggalkan beberapa karya tulisan, seperti Taisir Al-Wushul ila ‘Ilm Al-Ushul, Al-Wajiz fi Adab Al-Lughah, At-Tarikh Al-Qadim wa Al-Hadits, dan Al-Qishash baina Al-Wahyi Al-Ilahi wa Al-Qanun Al-Wadh’i Al-Mishri.

Setelah meninggalkan suri teladan yang baik kepada Al-Azhar dan keturunannya, beliau kemudian menutup mata untuk yang terakhir kalinya pada tanggal 10 Jumadilakhir 1386 H (11 September 1965 M).


💡
Baca juga artikel lain di rubrik BIOGRAFI atau tulisan menarik Amirul Mukminin

Latest