Skip to content

Buku Al-Qaul Ath-Thayyib dan Perdamaian Dunia

Ulasan buku setebal 3 jilid berjudul Al-Qaul Ath-Thayyib. Buku berisi gagasan yang diperjuangkan oleh Imam Akbar Al-Azhar demi perdamaian dunia.

FOTO Sampul buku Al-Qaul Ath-Thayyib karya Imam Akbar Syekh Ahmad Ath-Thayyib.
FOTO Sampul buku Al-Qaul Ath-Thayyib karya Imam Akbar Syekh Ahmad Ath-Thayyib.

Sejak 7 Oktober 2023 lalu, agresi Zionisme Israel terhadap rakyat Palestina terus menerus dilancarkan hingga saat ini. Tak terbayangkan bagaimana penderitaan mereka selama 8 bulan ini. Berdasarkan data lembaga Marshad Al-Azhar (Pusat Observasi Al-Azhar) tertanggal 9 Juni 2024, tercatat sudah 37.082 warga yang syahid dan 84.494 terluka parah. Jumlah ini belum termasuk penyerbuan di Kamp Nushairat beberapa waktu lalu yang menyebabkan 274 orang mati syahid dan 698 luka parah.

Genosida tak berperikemanusiaan ini mengingatkan penulis akan salah satu buku karya Imam Akbar Al-Azhar, Syekh Ahmad Ath-Thayyib, yang diterbitkan pada tahun 2021 dengan judul Al-Qaul Ath-Thayyib. Buku setebal 3 jilid ini pertama kali diluncurkan pada Pameran Buku Internasional Kairo tahun 2021. Buku ini berisi kumpulan artikel, pidato, dan ceramah Syekh Ahmad Ath-Thayyib di berbagai tempat seperti forum, seminar, simposium, muktamar, konferensi, dan lainnya. Kumpulan tulisan ini adalah gabungan dari berbagai waktu yang berbeda, mulai dari saat beliau menjabat sebagai dosen, profesor, mufti agung Mesir, rektor Universitas Al-Azhar, hingga menjadi Imam Akbar, pucuk tertinggi pimpinan Al-Azhar.

Melihat banyak fenomena dunia yang berkaitan dengan isu perdamaian, Syekh Ahmad Ath-Thayyib betul-betul memahami bahwa misi perdamaian harus terus digaungkan. Terlebih lagi, Mesir yang beliau kenal sedari kecil adalah negara di mana perselisihan terus berkobar, baik di dalam negeri maupun di negara-negara sekitarnya. Hal ini tercermin dalam memoar masa kecil yang beliau tulis dalam mukadimah buku Al-Qaul Ath-Thayyib, di dalamnya beliau menggambarkan apa itu peperangan baginya, penderitaan yang dialami selama masa tersebut, dan bagaimana dampak ketidakdamaian mempengaruhi masa-masa setelahnya.

Dalam mukadimahnya, beliau juga mengemukakan bahwa meskipun kumpulan tulisan ini ditulis di waktu dan tempat yang berbeda-beda, muara dari semua tulisan ini tetap satu, yaitu pencarian perdamaian (Al-Bahts ‘an As-Salam). Hal ini terlihat dari pemaparan Imam Akbar dalam setiap tema dan tulisannya. Misi perdamaian adalah hal yang harus terealisasi, baik itu perdamaian dunia, negara, hingga diri sendiri. Karena dunia tanpa perdamaian benar-benar terasa mencekam. Tanpanya, kehidupan akan diliputi nestapa yang tak berkesudahan. Kemanusiaan sangat dituntut dalam masa-masa krusial, apalagi ketika terjadi peperangan.

Konsep perdamaian sejatinya berasal dari pola pikir dan pemahaman tiap personal. Dengan memahami suatu hal dengan baik dan benar, tentu perdamaian akan otomatis tercapai, setidaknya untuk diri sendiri. Terlebih, perdamaian dunia akan tercapai tergantung dari orang-orang di dalamnya. Artinya, manusianyalah biang kerok dari semua hal yang terjadi di bumi. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah taala, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Surah Ar-Rum: 41]. Karena itu, isu perdamaian senantiasa dikaitkan dengan kemanusiaan (insaniyyah).

Tasawuf

Kumpulan tulisan bertema tasawuf dapat teman-teman baca

di sini

Dalam buku ini misalnya, Imam Akbar memaparkan bahwa perdamaian bisa dilalui dalam banyak aspek. Dalam rubrik ‘Aqadiyyah (Keyakinan), misalnya, beliau menggambarkan bahwa seseorang yang keliru dalam memilih akidah dan mazhab yang benar, ia bisa terjerumus dalam takfir yang tentu saja dapat menghilangkan perdamaian dalam bermasyarakat. Hal ini juga tersambung dengan rubrik At-Tatharruf wa Al-Irhab (Ektremisme dan Terorisme), yang berimbas kepada munculnya gerakan terorisme yang membunuh atas nama agama.

Beliau juga mencontohkannya dalam rubrik Azhariyyat (ke-Azhar-an). Jika seseorang memahami risalah Al-Azhar yang sebenarnya--yang terbukti dengan lestarinya selama 10 abad lebih--, tentu ia akan memahami betul bagaimana peran Al-Azhar selama ini dalam menyebarkan moderasi beragama ke berbagai penjuru dunia, baik dengan ulama, kitab, kurikulum, hingga pemikirannya. Tentu saja, masih banyak lagi permisalan lain dalam buku ini.

Palestina dan Perdamaian Dunia

Dalam poin kedua “Piagam Al-Azhar dalam Mendukung Al-Quds”, Syekh Ahmad Ath-Thayyib memaparkan bahwa Al-Quds adalah ibu kota abadi bagi negara Palestina, yang kemerdekaannya harus dinyatakan secara resmi, diakui secara internasional, dan diterima sebagai anggota aktif di semua organisasi dan badan internasional. Al-Quds bukan hanya sekadar tanah yang dijajah ataupun problematika Palestina dan etnis Arab saja, namun, problematika bersama, yang seharusnya manusia di dunia sudah tahu bahwa itu adalah tanah mereka yang terjajah. Bukan malah mendukung para zionis dan menyalahkan rakyat Palestina.

Dari problematika nyata Palestina ini kita betul-betul sadar, bahwa perdamaian dunia tak kunjung tercapai. Hal ini salah satunya disebabkan oleh pola pikir manusia yang keliru dalam memahami sesuatu. Selama masih terdapat pro-kontra mengenai isu Palestina, artinya ada ketidak-sejalanan dalam berpikir dan memandang sesuatu. Akhirnya, konflik berkepanjangan ini tak kunjung berakhir. Konflik ini juga mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan dan pemahaman akan arti kemanusiaan dan perdamaian untuk generasi mendatang. Melalui pendidikan, anak-anak Palestina bisa memiliki harapan masa depan yang lebih baik dan mampu membangun kembali negara mereka. Pendidikan juga berperan dalam mencegah radikalisasi dan membangun kesadaran tentang pentingnya perdamaian dan toleransi.

Dalam refleksi terakhir, kita harus ingat bahwa kemanusiaan adalah landasan utama bagi perdamaian dunia. Setiap individu, komunitas, dan negara harus bersatu untuk menentang ketidakadilan dan memperjuangkan hak asasi manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Syekh Ahmad Ath-Thayyib, “Perdamaian adalah pencarian yang tidak boleh berhenti. Kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi semua umat manusia.”

Dalam misi mencari perdamaian ini, beliau juga mengungkapkan, “Kami mengulurkan tangan kepada siapa saja yang cinta damai, terlepas dari apapun agama dan rasnya.” Begitulah slogan yang senantiasa melekat di foto sampul media sosial resmi Syekh Ahmad Ath-Thayyib, Imam Akbar Al-Azhar. Sebuah risalah yang terus menerus diemban oleh Al-Azhar untuk segenap umat manusia, berasaskan firman Allah SWT, bahwa diutusnya Baginda Nabi Muhammad SAW adalah sebagai kasih sayang bagi seluruh alam.


💡
Baca juga artikel lain di rubrik RESENSI atau tulisan menarik Amirul Mukminin

Latest