Skip to content

Sakin Fi Hayyi As-Sayyidah, Kasidah dengan Kisah Unik di Baliknya

Kasidah dari Mesir yang dibawakan oleh Muhammad Abdulmuththalib ini sekilas mengisahkan sepasang kekasih. Namun, ada cerita menarik di baliknya.

FOTO Muhammad Abdulmuththalib, penyanyi legendaris Mesir.
FOTO Muhammad Abdulmuththalib, penyanyi legendaris Mesir.

Sakin fi Hayy As-Sayyidah adalah salah satu kasidah yang melegenda di kalangan rakyat Mesir. Penyanyinya adalah Muhammad Abdulmuththalib, seorang piawai nan masyhur dari jajaran penyanyi Arab modern periode 60-an. Ia dijuluki sebagai Malik Al-Mawawil yang kariernya melejit lewat konser yang dilakoninya maupun rekaman di piringan hitam.

Al-Mawwal (bentuk tunggal dari al-mawawil) sendiri adalah suatu seni kasidah modern yang sangat digandrungi masyarakat Arab kala itu. Seni ini masyhur sebab musiknya yang menarik, syair yang akrab dengan kehidupan rakyat Arab sehari-hari khususnya Mesir, lagi mudah untuk didendangkan. Lagu “Sakin fi Hayyi As-Sayyidah” juga termasuk dalam jenis kasidah tersebut. Namun, siapa sangka, ternyata kasidah ini dilatarbelakangi dengan kisah yang bisa membuat kita tertegun.

Kisah tersebut dialami oleh penyanyi lagu itu sendiri, Muhammad Abdulmuththalib. Syahdan, Muhammad pergi untuk penampilan perdana sepanjang karirnya di Dar Al-Opera Al-Mishriyyah, Kairo. Jelas keadaan ini membuat Muhammad grogi. Bagaimana tidak, pentas musik itu dihadiri oleh kalangan prestise nan elite di Kairo. Ketika tirai panggung disibak dan grup musik sudah memulai intro lagu, ia makin grogi, hingga puncaknya, saat hendak mulai menyanyi, suaranya tercekat dan tiba-tiba hilang. Pita suaranya serasa terlilit, dan omelan dari para hadirin pun mulai menggema. Namun, apa boleh buat, pihak penyelenggara terpaksa menutup tirai dan membatalkan acara itu sebab ‘kecelakaan’ tersebut.

Muhammad pun kalang kabut. Ia pulang ke kediamannya di kompleks Sayidah Zainab dalam keadaan masygul. Berbulan-bulan berikutnya, ia pergi ke sana-kemari untuk menyembuhkan pita suaranya, karena memang itu satu-satunya yang ia punya untuk menyambung hidup. Ia pergi ke dokter dan para ahli, namun sayangnya, tak ada dari mereka yang sanggup menyembuhkan sakit yang dideritanya itu.

Kawan-kawannya berusaha menenangkannya dan mengatakan bahwa penyakit ini hanya sementara dan suatu hari akan sembuh, kendati surat kabar sudah ramai membicarakan gosip penyanyi top yang tiba-tiba bisu ini. Ia hanya terdiam, karena memang untuk berbicara saja, suaranya sedikit pun tak keluar. Pada akhirnya, ia hanya bisa pasrah dan berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan bertawasul kepada dua ahlulbait nan masyhur di Mesir: Sayidah Zainab dan Imam Al-Husain. Setiap harinya, ia menunaikan salat Subuh di Masjid Sayidah Zainab dan salat Isya di Masjid Imam Al-Husain, seraya berdoa di makam keduanya untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya.

Budaya

Kumpulan tulisan dengan topik kebudayaan Islam dapat kalian temukan

di sini

Muhammad Abdulmuththalib menjalani keadaan itu setiap harinya selama beberapa waktu, hingga pada suatu hari, keajaiban datang. Allah SWT memberinya kesembuhan dari penyakit itu. Pita suaranya kembali seperti sedia kala, dan ia bisa menyanyi lagi. Saking bahagianya, sampai-sampai air mata bercucuran dari kedua matanya. Atas kejadian itu, ia meminta kepada sahabatnya, Zainal Abidin Abdullah untuk menuliskan syair lagu yang terinspirasi dari kisah yang dialaminya ini.

Penulis syair ini, Zainal Abidin Abdullah adalah seorang penyair yang juga menulis lagu untuk para sejumlah penyanyi terkenal pada masanya. Sebut saja Ruhiyah Abdulkhaliq, Salwa Fahmi, Ibrahim Hammudah, Abul Hasan Abdulghaffar, dan penyanyi-penyanyi lainnya. Syair-syair yang ditulis Zainal Abidin punya ciri khas yang akrab di telinga masyarakat Mesir, karena memang dalam menulis syairnya, ia mengambil inspirasi dari kehidupan rakyat Mesir yang terselip di jalanan serta gangnya.

Zainal Abidin juga pernah menduduki kompleks Sayidah Zainab dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni di masa kecil hingga remajanya. Sudah barang tentu, ia hafal tempat itu luar-dalam, hingga ia menerima permintaan sahabatnya untuk menulis syair yang memiliki kisah yang berlatar belakang di kompleks Sayidah Zainab dan Masjid Imam Al-Husain itu. Pada akhirnya, lahirlah syair nan masyhur itu, “Sakin fi Hayyi As-Sayyidah”.

Sakin fi hayyi-s-Sayyidah, wa habibi sakin fi-l-Husain

Wa ‘asyan anul kulli-r-rida, yaumata-ruh luh marratain

Min Sayyidah li Sidna-l-Husain..

Aku tinggal di kawasan Sayyidah (Zainab), dan kasihku tinggal di Kawasan Husain

Agar kudapatkan cintanya, aku pergi menemuinya dua kali sehari

Dari Sayyidah (Zainab) menuju Sayidina Husain

Demikianlah penggalan awal dari syair yang ditulis oleh Zainal Abidin Abdullah. Judulnya diambil dari kalimat pertama dalam syair itu, “Sakin fi Hayy As-Sayyidah”, dan ternyata, lagu tersebut ramai di khalayak. Bahkan, lagu itu disebut-sebut merupakan salah satu lagu tersukses yang pernah dibawakan oleh Muhammad Abdulmuththalib sepanjang masa kariernya, selain lagunya yang lain seperti “Ramadhan Gana”, lagu yang pasti diputar di radio-radio Mesir setiap Bulan Ramadan tiba.

Mungkin benar kata pepatah Mesir, “fi ta'khir kheir”, ada kebaikan di dalam sesuatu yang tertunda. Atau mungkin, bisa jadi itu berkah doa yang Muhammad Abdulmuththalib panjatkan dan tirakat yang ia lakoni, yakni mondar-mandir setiap hari dari Sayidah Zainab ke Sayidina Al-Husain untuk mendapatkan rida Tuhannya.


💡
Baca juga artikel lain di rubrik BUDAYA atau tulisan menarik M Khairuman Wahhada

Latest