Skip to content

Keunikan Kitab Karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari

Syekh Zakariyya Al-Anshari mengarang banyak kitab yang memiliki kesamaan nama. Berikut adalah ulasan sejumlah karya sang mujaddid abad ke-10 H.

FOTO Ilustrasi, Perpustakaan Trinity College (Unsplash/Henry Be)
FOTO Ilustrasi, Perpustakaan Trinity College (Unsplash/Henry Be)

Setiap ulama memiliki karakter dan kepakaran dalam disiplin keilmuan tertentu. Mereka juga mempunyai keunikan dalam berbagai hal, termasuk di dalam bentuk penyusunan karya tulis, bahkan dalam memberikan nama karyanya. Terlepas apakah ada unsur kesengajaan atau tidak, yang pasti ini adalah wujud dari kekayaan khazanah peradaban Islam.

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba mengupas beberapa keistimewaan Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari (w. 926 H), tokoh terbesar ulama Islam pada Abad ke-10 H. di samping diberi umur lebih dari satu abad dalam hidupnya, beliau juga memiliki sejumlah keistimewaan lain. Mungkin yang paling menonjol adalah kepakarannya dalam berbagai disiplin keilmuan Islam. Kebetulan, beliau wafat pada paruh awal abad ke-10 H. Sehingga, beliau didaulat sebagai Mujaddid (pembaharu) abad itu oleh para ulama setelahnya.

Sebagai ulama yang Mu’ammar (diberi umur panjang), Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari memiliki banyak sekali murid. Jika dikategorikan, murid-muridnya dapat dikelompokkan menjadi banyak thabaqat (generasi). Ulama yang memiliki keistimewaan seperti ini seringkali diberi julukan Sang Penyambung Al-Ahfad bi Al-Ajdad (cucu dengan kakeknya). Karena beliau menjadi perantara tersambungnya sanad keilmuan yang tinggi antar generasi. Oleh karena itu, beliau juga memiliki keistimewaan sebagai muara sanad berbagai disiplin keilmuan Islam yang ada di dunia Islam pada saat itu.

Di samping memiliki banyak murid, Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari juga memiliki banyak karya tulis. Bahkan karya tulisnya meliputi lintas disiplin keilmuan Islam. Bukan hanya itu, tulisan-tulisannya merupakan hasil kajian kritis terhadap karya-karya sebelumnya. Sehingga, banyak karya-karya beliau dijadikan sebagai bahan-ajar pokok dalam disiplin ilmu tertentu, bahkan sampai hari ini. Keistimewaan karya tulis beliau adalah kuatnya bahasa dan presisinya makna.

Selain keistimewaan di atas, Syekhul-Islam Zakariyya juga memiliki kebiasaan menulis lebih dari satu karya dalam satu disiplin ilmu. Sehingga, jika kita membacanya secara utuh, kita akan mengetahui proses perjalanan ilmiah beliau hingga sampai pada pendapat yang final. Sebab, beberapa pendapat beliau dalam satu kitab direvisi dalam kitab yang lain. Maka biasanya kitab yang dikarang terakhir dalam disiplin ilmu tertentu itulah yang merepresentasikan pendapat final beliau dalam suatu permasalahan.

Jika panjangnya umur, kepakaran, banyaknya murid, dan karya merupakan keistimewaan yang menonjol dari Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari, maka nama-nama kitab karya beliau adalah juga tak kalah istimewa. Seandainya nama-nama karya ini bukan sebuah keistimewaan, maka tidak berlebihan jika kita sebut sebagai keunikan. Karena memang unik. Lantas, apa sih uniknya?

Keunikan karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari adalah adanya kesamaan nama satu kitab dengan kitab yang lain. Satu nama dijadikan sebagai nama lebih dari satu kitab. Nama-nama inilah yang akan ditelisik dalam tulisan ini, sebagai bentuk upaya mengupas keunikan karya ulama nan agung itu.

Berikut adalah beberapa nama kitab karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari yang menjadi nama lebih dari satu kitab anggitan beliau:

1.     Ghayah Al-Wushul

Ghayah Al-Wushul ini setidaknya menjadi nama dua kitab karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari: pertama, Ghayah Al-Wushul ila Syarh Lubb Al-Ushul (Usul Fikih) dan kedua, Ghayah Al-Wushul ila ‘Ilmi Al-Fushul (Mawarits).

Kitab yang pertama merupakan sebuah syarah atas kitab Lubb Al-Ushul karya beliau sendiri. Kitab Lubb Al-Ushul sendiri merupakan ringkasan dari kitab Jam’u Al-Jawami’ karya Syekh Tajuddin As-Subki (w. 771 H). Di sini sebenarnya kita menemukan sisi keistimewaan lain dari Syekh Zakariyya Al-Anshari, yaitu kapakarannya dalam meringkas kitab. Sebab, ketika menuliskan Jam’u Al-Jawami’, Syekh As-Subki telah mencurahkan segenap kemampuannya untuk meringkas materi seringkas-ringkasnya. Sampai-sampai beliau menyatakan bahwa kitabnya tidak akan mungkin bisa diringkas. Tapi nyatanya, Syekh Zakariyya Al-Anshari bisa meringkasnya. Ini menunjukkan kepakaran beliau dalam seni meringkas kitab.

Sementara kitab yang kedua adalah syarah atas kitab Al-Fushul Al-Muhimmah fi ‘Ilmi Mirats Al-Ummah karya Syekh Abu Al-‘Abbas Ibnu Al-Ha'im (w. 815 H). Kitab Ghayah Al-Wushul ila ‘Ilmi Al-Fushul merupakan ringkasan dari kitab karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari yang berjudul Manhaj Al-Wushul ila Tahrir Al-Fushul, sebuah syarah yang meluas atas kitab Al-Fushul di atas. Beliau meringkas karyanya sendiri itu menjadi Ghayah Al-Wushul ila ‘Ilmi Al-Fushul lantaran beliau merasa pembahasannya masih terlalu luas bagi beberapa kalangan pelajar, sebagaimana yang disampaikan sendiri dalam mukaddimah kitab syarah di atas.

2.     Fath Ar-Rahman

Fath Ar-Rahman menjadi nama bagi tiga anggitan Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari: pertama, Fath Ar-Rahman bi Kasyfi Ma Yaltabisu min Al-Qur’an (Ulumul Quran); kedua, Fath Ar-Rahman bi Syarh Risalah Al-Maula Raslan (Tauhid dan Tasawuf); dan ketiga, Fath Ar-Rahman bi Syarh Luqathah Al-‘Ajlan wa Ballah Adh-Dham’an (Mantik, Ilmu Kalam, dan Usul Fikih).

Kitab yang pertama merupakan kitab ringkas yang membahas ayat mutasyabbihah. Sementara kitab yang kedua merupakan syarah atas risalah karya Syekh Raslan (w. 541 H) yang berisi materi tauhid dan tasawuf. Adapun kitab yang ketiga merupakan syarah atas kitab Luqathah Al-‘Ajlan karya Syekh Badruddin Az-Zarkasyi (w. 794 H).

Resensi

Kumpulan ulasan buku dan kitab menarik dapat teman-teman baca

di sini

3.     Fath Al-Wahhab

Fath Al-Wahhab ini menjadi nama bagi empat karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari: pertama, Fath Al-Wahhab bi Syarh Al-Adab (Adab Al-Bahts Wa Al-Munazharah); kedua, Fath Al-Wahhab bi Ma Yajibu Ta’allumuhu ‘ala Dzawi Al-Albab (Ilmu Tauhid); ketiga, Fath Al-Wahhab bi Syarh Manhaj Ath-Thullab (Fikih); dan keempat, Fath Al-Wahhab bi Syarh Tanqih Al-Lubab (Fikih).

Kitab yang pertama merupakan syarah atas kitab Risalah Al-Adab karya Syekh Muhammad bin Asyraf Al-Husaini As-Samarqandi (w. setelah 690 H). Sementara kitab yang kedua adalah kitab tersendiri, bukan syarah maupun hasyiyah. Sedangkan kitab yang ketiga adalah syarah atas kitab Manhaj Ath-Thullab karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari sendiri. Kitab Manhaj Ath-Thullab merupakan ringkasan dari kitab Minhaj Ath-Thalibin karya Syekh Abi Zakariyya Yahya An-Nawawi (w. 676 H).

Adapun kitab yang keempat adalah syarah atas kitab Tanqih Al-Lubab karya Syekh Waliyyuddin Al-‘Iraqi (w. 826 H). Kitab Tanqih Al-Lubab merupakan ringkasan dari kitab Al-Lubab karya Syekh Al-Mahamili (w. 415 H). Sebenarnya kitab ini kemudian juga diringkas oleh Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari menjadi kitab Tahrir Tanqih Al-Lubab. Kemudian kitab ringkasan ini diberi syarah sendiri oleh beliau dan diberi judul Tuhfah Ath-Thullab. Oleh sebab itu, kitab Fath Al-Wahhab bi Syarh Tanqih Al-Lubab sering disebut oleh beliau dengan Syarh Al-Ashl (syarah kitab asal, yakni kitab Tanqih Al-Lubab).

Setelah melihat keunikan sejumlah karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari di atas, kita bisa mengambil beberapa pelajaran. Di antaranya adalah pentingnya sebuah nama. Sebab, nama-nama di atas mengandung makna yang agung. Sangat susah jika kita berasumsi bahwa beliau memberi nama beberapa kitabnya dengan nama yang sama hanya karena kebetulan tanpa ada unsur kesengajaan. Meskipun itu mungkin saja.

Yang jelas, kita bisa belajar kepada beliau pentingnya memberikan nama karya besar dengan nama yang agung yang sarat dengan kepasrahan dan penghambaan. Sebab, sebagian karya beliau diawali dengan kata Fath yang arti bebasnya adalah kucuran ilmu yang diberikan oleh Allah Yang Maha Pengasih atau Ar-Rahman (Fath Ar-Rahman), juga oleh Yang Maha Memberi atau Al-Wahhab (Fath Al-Wahhab), dan yang lainnya. Ini tentu adalah bentuk ketawadukan dan penghambaan beliau, sehingga mengembalikan semuanya kepada Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Memberi.

Pelajaran yang lain adalah kita dilatih untuk teliti dalam menyebutkan nama kitab. Barangkali ada beberapa kitab yang memiliki nama satu. Jangankan beda pengarang, satu pengarang saja terkadang memberikan satu nama kepada beberapa karyanya. Hal ini telah kita lihat bersama pada sejumlah karya Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari. Wallahu A’lam Bissawab..


💡
Baca juga artikel lain di rubrik BUDAYA atau tulisan menarik Munawar Ahmad Sodikin

Latest