Skip to content

Waqaf Imam Hamzah dan Hisyam pada Huruf Hamzah

Pembahasan waqaf pada huruf hamzah jadi momok tersendiri bagi para pengkaji ilmu qiraat. Syekh Al-Mutawalli menangkalnya dengan mengarang nazham.

FOTO Sampul kitab Ithaf Al-Anam wa Is'af Al-Afham karangan Syekh Al-Mutawalli.
FOTO Sampul kitab Ithaf Al-Anam wa Is'af Al-Afham karangan Syekh Al-Mutawalli.

Dalam artikel yang berjudul “Mudahnya Mempelajari Qiraat”, saya menulis bahwa ilmu qiraat terbagi menjadi dua: ushul dan farsy. Di dalam ushul terdapat pembahasan yang masih umum, yaitu kaidah dasar para imam yang di bawahnya menyimpan pembahasan lain, seperti kaidah waqaf (berhenti) Imam Hamzah dan Hisyam pada huruf hamzah. Berbeda dengan farsy yang pembahasannya khusus dan tertentu seperti pembahasan suatu lafal pada suatu surah tertentu di dalam Al-Quran. Pembahasan seperti ini banyak sekali dan karena terlalu banyaknya seolah ia telah melebur pada setiap lafalnya.

Imam Asy-Syathibi, dengan kecerdasannya mengumpulkan lafal-lafal dengan cara baca khusus dari Al-Quran. Kemudian mengelompokkannya dan menyusunnya menjadi bait-bait nazham dalam Matn Asy-Syathibiyyah. Akibatnya, meskipun banyak sekali, pembahasan ini tidak sulit untuk dipahami pengkaji qiraat karena telah terekam dalam bait-bait kitab matan tersebut. Para pengkaji hanya perlu menghafalnya agar tidak tertukar antar suatu lafal pada surah tertentu dengan yang lain.

Menelaah Makna I’jaz dalam Al-Quran
Al-Quran adalah mu’jizat. Sementara i’jaz yang terkandung kerap diarahkan kepada teori ilmiah yang selalu baru. Apa sebenarnya makna i’jaz ini?

Jika ada pertanyaan, “Pembahasan apakah yang tersulit dalam ilmu qiraat?”, bisa dipastikan mereka yang tengah ataupun telah mempelajari qiraat akan menjawab, “Pembahasan waqaf Imam Hamzah dan Imam Hisyam pada huruf hamzah”. Ushul qiraat memang dikenal rumit meskipun tidak semuanya. Dan yang paling rumit di antara pembahasan ushul adalah bab waqaf Imam Hamzah dan Imam Hisyam pada huruf hamzah.

Tak dapat dimungkiri, rumitnya pembahasan waqaf Hamzah dan Hisyam pada huruf hamzah ini mampu melahirkan adagium tersendiri di tengah para pengkaji ilmu qiraat. Adagium ini berbunyi:

إن أردت أن تسلم من حمزة فلا تقف على همزة

“Jika kamu ingin selamat dari bacaan Imam Hamzah maka jangan berhenti pada huruf hamzah.”

Alhasil, karena ruwetnya pembahasan ini juga, banyak ulama tertarik untuk membahasnya, menjadikannya kajian khusus bahkan mengemasnya menjadi sebuah buku. Salah satunya adalah Syekh Al-Mutawalli, ulama besar Al-Azhar yang menghimpun pembahasan ini menjadi karangan nazham berjumlah 85 bait yang diberi judul Taudhih Al-Maqam fi Waqfi Hamzah wa Hisyam. Kemudian, ia juga menulis syarahnya sendiri dan diberi judul Ithaf Al-Anam wa Is’aaf Al-Afham bi Syarhi Taudhih Al-Maqam fi Waqfi Hamzah wa Hisyam yang saya ulas di artikel ini.

Sang Mualif

Berbicara Syekh Al-Mutawalli mengingatkan kita pada sesosok ulama senior 4 abad sebelum masanya, yakni Imam Ibnu Al-Jazari, mualif kitab Manzhumah Al-Muqaddimah fi Ma 'ala Qari’ihi an Ya’lamah dan kitab Ad-Durrah Al-Mudhiyyah fi Al-Qiraat Ats-Tsalats Al-Mutammimah li Al-'Asyri Al-Mardhiyyah. Syekh Al-Mutawalli kerap dijuluki Al-Jazari Ash-Shaghir (Sang Al-Jazari Kecil) karena kecerdasannya yang luar biasa mengingatkan pada sosok Imam Al-Jazari.

Hunian Para Talib Tunanetra di Masjid Al-Azhar
Dulu, Al-Azhar mempunyai sebuah hunian khusus untuk para talib tunanetra. Para pencari ilmu yang berkebutuhan khusus itu tercatat dalam sejarah.

Syekh Al-Mutawalli bernama lengkap Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan bin Sulaiman. Ia dilahirkan di Ad-Darb Al-Ahmar, Kairo pada tahun 1248 H (1832 M). Al-Mutawalli kecil mendaftar ke Al-Azhar setelah selesai menghafal Al-Quran 30 juz. Keadaan fisik yang tunanetra tidak menghentikan langkahnya untuk belajar. Ia terus belajar, menimba ilmu di Al-Azhar. Diawali dengan menghafal matan-matan dasar tajwid, Manzhumah Al-Muqaddimah karangan Ibnu Al-Jazari dan Tuhfah Al-Athfal karangan Syekh Sulaiman. Ia juga menghafal matan-matan qiraat, rasm (ilmu penulisan Al-Quran), dhabth (ilmu tanda baca), dan matan-matan dalam ilmu lainnya kepada para ulama zaman itu.

Perjalanan Syekh Al-Mutawalli belajar di Al-Azhar mengantarkannya menjadi seorang ulama besar yang ahli dalam ilmu Al-Quran. Karangannya sangat banyak. Ia banyak mengarang matan dalam ilmu qiraat. Salah satu karyanya yang sangat berharga adalah Ithaf Al-Anam wa Is’aaf Al-Afham, syarah atas kitab Taudhih Al-Maqam fi Waqfi Hamzah wa Hisyam. Di dalamnya, ia mengurai secara detail tata cara waqaf (berhenti) Imam Hamzah dan Imam Hisyam pada huruf hamzah, sebagai bentuk penyederhanaan dari penuturan Imam Asy-Syathibi yang ada pada matannya, Asy-Syathibiyyah.

Tetokoh

Sepilihan riwayat hidup para tokoh dapat teman-teman temukan

di sini

Takrir

Jika di dalam kitab Matn Asy-Syathibiyyah, kaidah waqaf Imam Hamzah dan Hisyam pada huruf hamzah dipaparkan secara umum, maka Syekh Al-Mutawalli mengupasnya satu-persatu dan menyertakan contohnya dengan jelas dan terang. Sang mualif juga menyertakan cara membacanya yang juga dirangkai dalam bait-bait nazham, misalnya:

وإن يَتَحَرَّكْ عَن سُكُونٍ كَتَجْئَرُوا # وكَالمَرْءِ دِفْءٌ مِلْءُ والخَبْءَ فانْقُلاَ

وبالرَّومِ في ذِي الكَسرِ والضَّمِّ عنه قِفْ # وأَشمِمْ لِمَضمُومٍ والإسكانُ أُصِّلاَ

إسكانُ بين المَرءِ يَأتِي ورَومُهُ # ودِفءٌ به الإِشمَامُ نَروِيهِ مَعْ كِلاَ

Tiga bait di atas adalah penjabaran dari satu bait dari Matn Asy-Syathibiyyah di bawah ini:

وحَرِّكْ به ما قَبلَهُ مُتَسَكِّنًا # وأَسقِطهُ حتى يَرجِعَ اللفظُ أَسهَلاَ

Harakatilah huruf yang mati sebelum hamzah itu dengan harakat (yang ada pada) hamzah, dan buanglah huruf hamzahnya supaya mudah mengucapkannya.

Dari bait nazham kedua matan di atas, terlihat jelas bedanya, mana yang global dan mana yang terperinci sehingga lebih mudah dipahami pemula.

Tiga bait nazham dari kitab matan karangan Syekh Al-Mutawalli di atas menjelaskan, jika hamzah berharakat terletak setelah huruf mati (sukun asli), maka cara membacanya adalah dengan naql, yakni memindahkan harakat hamzah kepada huruf yang mati sebelumnya. Kemudian, jika hamzah yang berada di ujung itu berharakat kasrah, maka bisa dibaca dengan cara sukun mahdh (sukun biasa) dan raum, yakni memperdengarkan harakat huruf akhir ketika waqaf. Dan jika hamzahnya berharakat fathah atau dhammah, maka boleh dibaca dengan cara isymam (memonyongkan kedua bibir tanpa ada suara) dan raum.

Untaian Qashidah untuk Syekh Ahmad Ath-Thayyib
Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib merupa ayah bagi para pelajar asing di Al-Azhar, Mesir. Inilah sepilihan syair yang berupa qashidah untuk beliau.

Bait nazham Imam Asy-Syathibi juga mempunyai maksud sama, hanya saja tidak dijelaskan terperinci, karena sebenarnya bisa dipahami dengan kecerdasan si talib sendiri. Misalnya pada lafal مِلْءُ (hamzah di ujung berharakat dhammah), jika berhenti pada lafal tersebut dengan cara naql (sebagaimana kaidah dalam nazham di atas), maka huruf lam yang disukun menjadi lam berharakat dhammah. Dan karena ketika membaca Al-Quran tidak boleh berhenti dengan harakat, yakni harus mematikan (sukun) huruf terakhir, maka secara otomatis bisa diketahui (bagi yang telah mempelajari) bahwa lafal tersebut boleh dibaca dengan cara isymam dan raum karena hamzah berharakat dhammah. Begitu juga jika hamzah di ujung berharakat kasrah, berarti bisa dibaca dengan sukun saja (mahdh) dan raum.

Tetapi, karena tidak serta-merta setiap pengkaji dapat memahami hal tersebut, selain di balik rumit dan ruwetnya kaidah pada bab ini, maka disederhanakanlah perkataan Imam Asy-Syathibi untuk memudahkan pemula dalam mengkaji ilmu qiraat. Penyederhanaan yang dilakukan Syekh Al-Mutawalli rahimahullah ini sangat membantu khususnya bagi para pengkaji ilmu qiraat di Al-Azhar Mesir, baik di masjid, kampus Al-Quran, madrasah, ataupun tempat-tempat pengajian Al-Quran lainnya.

Selain itu, di dalam syarahnya, Syekh Al-Mutawalli melengkapi setiap permasalahan hamzah dengan tatimmah, yakni penyempurna pembahasan pada lafal atau masalah tertentu; dan tadzyil, yaitu pelengkap dari kitab Thayyibah An-Nasyr. Kemudian, di akhir sebelum penutup beliau mengingatkan, bahwa Imam Hisyam mengikuti kaidah Imam Hamzah pada huruf hamzah yang berada di ujung saja di setiap poin atau permasalahannya dan menguraikan mazhab masing-masing pada huruf mad yang jatuh sebelum hamzah. Wallahu a’lam bisshawab.

💡
Baca juga artikel lain di rubrik TAKARIR atau tulisan menarik Hafidzah Assa'adah

Latest