Skip to content

Dua Ulama Al-Azhar Pengarang Jenis Kitab yang Langka

Ada beragam jenis kitab dalam khazanah Islam yang sangat kaya. Namun, ada 2 ulama Al-Azhar yang mengarang satu jenis kitab yang termasuk langka.

FOTO Ilustrasi (Unsplash/Iñaki del Olmo)
FOTO Ilustrasi (Unsplash/Iñaki del Olmo)

Dalam sejarah, Islam mengenal beragam jenis kitab dalam berbagai disiplin ilmunya. Dalam kitab ‘Abqariyyah At-Ta’lif Al-‘Arabi, Dr. Kamal ‘Arafat Nabhan mendata tidak kurang dari 25 jenis karya dalam tradisi keilmuan Islam. Keragaman karya ini bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan ada faktor tertentu yang melatarbelakanginya. Di antara faktornya adalah kesadaran para ulama akan tuntutan zaman. Apapun tantangan yang dihadapinya, warisan keislaman yang mereka terima dari generasi sebelumnya harus terus mengalir kepada generasi setelahnya. Maka, dibutuhkan kreativitas dalam mengemas warisan ini agar tetap bisa diterima dan dicerna. Sehingga muncullah ragam jenis karya berupa Matn, Syarh, Hasyiyah, Takrir, dan lainnya.

Keragaman jenis karya berupa kitab ini bukanlah sebagai tanda dari kejumudan, terutama karya berupa hasyiyah, sebagaimana tuduhan sebagian orang. Faktanya justru sebaliknya, keragaman ini adalah wujud dari progesivitas para ulama. Tidak jarang bentuk pembaruan dan diskusi kritis atas sebuah masalah justru kita temukan di dalam kitab hasyiyah. Jenis kitab Matn, Syarh, dan Hasyiyah di era modern ini malah semakin menemukan momentum relevansinya, ketika seorang pengajar ataupun institusi pendidikan dituntut untuk menyampaikan materi yang diajarkan dengan beragam cara, termasuk bentuk buku ajarnya. Hal ini yang belakangan mulai diperkenalkan di institusi pendidikan maju di dunia, termasuk Eropa.

Keberadaan dan peran beragam kitab di atas sudah kita anggap selesai pembahasannya. Selanjutnya kita akan masuk pada pembahasan selanjutnya, yaitu dua ulama Al-Azhar pengarang kitab langka. Dua ulama Al-Azhar yang dimaksud adalah Syekh Muhammad Al-Jauhari Ash-Shaghir (w. 1215 H) dan Syekh Muhammad Al-Amir Al-Kabir (w. 1232 H).

Dua tokoh ini memiliki banyak kesamaan, di antaranya adalah sama-sama lahir di paruh kedua abad 12 H. Syekh Muhammad Al-Jauhari lahir pada 1151 H. Sementara Syekh Muhammad Al-Amir lahir pada 1154 H, tiga tahun setelah lahirnya Syekh Al-Jauhari Ash-Shaghir. Keduanya juga berguru kepada sejumlah ulama Al-Azhar yang hampir sama, meski mazhab keduanya berbeda. Jika Syekh Al-Jauhari bermazhab Syafi’i, maka Syekh Al-Amir bermazhab Maliki.

Perannya di Al-Azhar juga hampir sama. Jika Syekh Al-Jauhari adalah pemuka sekaligus ulama yang sangat disegani dalam mazhab Syafi’i, maka Syekh Al-Amir juga demikian dalam mazhab Maliki. Hal serupa juga terjadi dalam hal menulis karya. Syekh Al-Jauhari merupakan tipe ulama yang banyak menganggit sebuah karya berupa Risalah. Hal ini juga juga dilakukan oleh Syekh Al-Amir. Belakang ini kumpulan Risalah Syekh Al-Amir telah diterbitkan. Semoga kumpulan Risalah Syekh Al-Jauhari segera menyusul terbit juga.

Jika kesamaan dua sosok ini sudah cukup tergambar, lantas apa sih jenis karya langka anggitan keduanya?

Dalam menjawab pertanyaan ini, perlu diketengahkan bahwa keduanya memiliki karya berupa jenis kitab matn. Keduanya juga memiliki jenis karya berupa kitab syarh, demikian juga jenis kitab hasyiyah. Hal ini sudah biasa di kalangan ulama Al-Azhar. Namun yang langka dari keduanya adalah mereka sama-sama mengarang kitab matn. Kemudian matn ini diberi syarh sendiri. Bukan hanya berhenti di situ, kemudian syarh ini juga diberi hasyiyah sendiri. Sehingga kitab matn, syarh, dan hasyiyah sekaligus ditulis oleh satu orang.

Fakta ini sulit ditemukan di masa Syekh Al-Jauhari dan Syekh Al-Amir. Bahkan jika diteliti lebih lanjut, hal ini juga tidak ditemukan di masa sebelum dan setelah beliau berdua. Sehingga kita benar-benar yakin atau setidaknya mempunyai dugaan kuat bahwa fenomena matn, syarh, dan hasyiyah yang ditulis oleh satu orang hanya ditemukan pada dua sosok: Syekh Muhammad Al-Jauhari dan Syekh Muhammad Al-Amir. Jika demikian faktanya, maka sah jika kita katakan bahwa kitab kitab karya keduanya merupakan jenis kitab langka.

Biografi

Sepilihan riwayat hidup para tokoh dapat teman-teman temukan

di sini

Kitab langka karya Syekh Muhammad Al-Jauhari Ash-Shaghir

Semenjak Imam Ar-Rafi’i menulis kitab Al-Muharrar dalam disiplin ilmu fikih Syafi’i, para ulama memiliki perhatian khusus terhadapnya. Kemudian kitab ini diringkas oleh Imam An-Nawawi menjadi kitab Minhaj Ath-Thalibin. Kitab ini mendapatkan sambutan dari banyak ulama, sehingga lahir banyak kitab yang menjadi syarh atasnya. Berbeda dengan kebanyakan ulama, Syekhul-Islam Zakariyya Al-Anshari justru malah meringkas kitab ini menjadi Manhaj Ath-Thullab.

Kitab yang terakhir disebut ini di kemudian hari menjadi bahan ajar pokok dalam mempelajari fikih mazhab Syafi’i. Sebab, hampir seluruh pembahasan tradisional dalam fikih Syafi’i tertuang di dalamnya. Apalagi disertai dengan ukuran yang tidak terlalu tebal dan diakui sebagai rujukan fatwa dalam mazhab Syafi’i.

Kemudian Syekh Muhammad Al-Jauhari Ash-Shaghir meringkas kitab Manhaj Ath-Thullab menjadi kitab Nahju Ath-Thalib. Dalam menulis kitab ini, beliau menjadikan pandangan Syekh Syamsuddin Ar-Ramli sebagai pedoman, meski pandangannya berseberangan dengan apa yang tertulis di dalam kitab Al-Minhaj maupun Al-Manhaj. Hal ini disampaikan sendiri oleh Syekh Al-Jauhari dalam mukadimah kitab di atas. Yang demikian ini sangatlah wajar, karena memang di era itu, representasi mazhab Syafi’i mengerucut pada dua tokoh besar, yakni Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dan Syekh Syamsuddin Ar-Ramli.

Kemudian kitab Nahju Ath-Thalib diberi syarh sendiri oleh penganggitnya dengan nama Ithaf Ar-Raghib bi Syarh Nahji Ath-Thalib. Setelah itu kemudian penulis matn dan syarh ini menuliskan hasyiyah atas kitab tersebut. Namun sayang, meski kitab matn dan syarh tadi sudah diterbitkan, sampai saat ini kitab hasyiyah-nya belum juga terbit. Semoga kitab hasyiyah ini segera menyusul terbit. Sehingga karya Syekh Al-Jauhari yang langka sekaligus unik ini bisa disaksikan oleh banyak kalangan dalam versi lengkapnya.

Kitab langka karya Syekh Muhammad Al-Amir Al-Kabir

Melalui pemaparan di atas kita telah melihat bagaimana latar belakang munculnya kitab Nahju Ath-Thalib karya Syekh Al-Jauhari. Jika kitab ini merupakan turunan dari kitab Minhaj Ath-Thalibin karya Imam An-Nawawi, maka karya langka Syekh Muhammad Al-Amir yang akan kita bahas juga mempunyai kitab menjadi induknya, yakni kitab Mukhtashar Khalil. Kitab Mukhtashar khalil ini merupakan ringkasan dari kitab Jami’ Al-Ummahat karya Syekh Ibnu Al-Hajib. Secara peran, antara kitab Mukhtashar Khalil dan Minhaj Ath-Thalibin. Jika Minhaj Ath-Thalibin adalah kitab fikih yang kredibel dalam mazhab Syafi’i, maka Muktashar Khalil adalah kitab fikih kredibel dalam mazhab Maliki.

Karena memiliki posisi yang sama dengan kitab Minhaj Ath-Thalibin, di kalangan ulama Malikiyyah kitab Mukhtashar Khalil juga mendapatkan sambutan yang baik dan diberi syarh oleh banyak kalangan ulama dari berbagai generasi, sebagaimana Al-Minhaj di kalangan Syafi’iyyah. Hingga masa Syekh Muhammad Al-Amir Ash-Shaghir, kitab ini masih mendapatkan sambutan yang sangat hangat. Bahkan, dalam Mukhtashar-nya, beliau menyampaikan pernyataan gurunya, Syekh ‘Ali Ash-Sha’idi, bahwa mempelajari fikih Maliki melalui Mukhtashar Khalil lebih baik dari pada melalui kitab Al-Mudawwanah secara langsung.

Melihat posisi dan peran kitab Mukhtashar Khalil dalam mazhab Maliki, Syekh Muhammad Al-Amir tergerak untuk meringkasnya. Kitab ringkasan ini kemudian diberi judul Majmu’, biasanya dikenal dengan Majmu’ Al-Amir. Semenjak lahir, kitab ringkasan ini mendapatkan sambutan baik dari kalangan ulama masa itu. Bahkan Syekh ‘Ali Ash-Sha’idi, guru Syekh Al-Amir sekaligus tokoh Malikiyyah paling berpangaruh saat itu, menjadikannya sebagai pegangan dalam berpendapat.

Kitab Majmu’ ini kemudian diberi syarh sendiri oleh Syekh Muhammad Al-Amir. Kitab syarh-nya diberi nama Dha’u Asy-Syumu’ ‘Ala Al-Majmu’. Kitab matn dan syarh ini menjadi satu kesatuan, sebagaimana keterangan mualifnya sendiri dalam hasyiyah. Karena sebuah desakan dari sejumlah pelajar, beliau akhirnya memberikan hasyiyah atas kitab Syarh Dha’u Asy-Syumu’. Hal ini juga tertulis mukadimah hasyiyah ini. Ketiga kitab Syekh Muhammad Al-Amir Al-Kabir yang langka dan unik ini telah lama diterbitkan. Semoga kita mendapatkan berkah kitab-kitab langka di atas. Amin..


💡
Baca juga artikel lain di rubrik BUDAYA atau tulisan menarik Munawar Ahmad Sodikin

Latest