Skip to content

Pertemuan Imam Akbar dengan Ibu Sinta Nuriyah Wahid Membahas Isu Perempuan

Imam Akbar Syekh Ahmad Ath-Thayyib menerima kunjungan tamu undangan konferensi Kementerian Agama Mesir. Salah satunya Ibu Sinta Nuriyah Wahid.

FOTO Pertemuan Imam Akbar dengan Ibu Sinta Nuriyah (azhar.eg)
FOTO Pertemuan Imam Akbar dengan Ibu Sinta Nuriyah (azhar.eg)

TAWAZUN.ID — Syekhul-Azhar menuntut untuk berpegang teguh terhadap sumber otoritas Islam dan menjauhkan diri dari warisan pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Tepat pada Ahad, 25 Agustus 2024, Yang Mulia Imam Akbar Dr. Ahmad Ath-Thayyib, Syekhul-Azhar menyambut kedatangan Ibu Sinta Nuriyah Wahid, istri Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid. Dalam momen itu juga, beliau menerima sejumlah tamu undangan konferensi Kementerian Agama Mesir seperti Dr. Nur Yazbay Taganuli, Grand Mufti Kazakhstan, Kepala Administrasi Keagamaan Umat Islam Kazakhstan, didampingi oleh Dr. Usamah Sayyid Al-Azhari, Menteri Agama Republik Mesir bertempat di kantor Masyakhah Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Dalam momen tersebut, Yang Mulia Imam Akbar mengatakan, "Masyarakat yang memarginalkan perempuan –sebagai salah satu pilarnya– ibarat seseorang yang berjalan dengan satu kaki. Perempuan adalah penopang kekuatan dan potensi dalam masyarakat. Energi serta kemampuan mereka harus diberdayakan pada tiap-tiap bidang. Sedang masyarakat Islam dalam negara-negara yang telah memberdayakan potensi peran dan produktivitas perempuan, seperti Malaysia dan Indonesia, telah menyaksikan terobosan besar di banyak bidang. Dengan demikian, perempuan muslim telah hadir secara kuat dalam membentuk peradaban dan memberikan teladan sebagai perempuan-perempuan yang menginspirasi."

Perempuan

Kumpulan postingan tulisan yang mengangkat isu perempuan dalam pandangan Islam

di sini

Syekhul-Azhar menjelaskan bahwa pengucilan atau peminggiran terhadap peran perempuan jelas bertentangan dengan syariat Islam yang menghormati perempuan dan memberikan hak-haknya secara penuh. Hal itu mengingat perannya yang penting dalam membangun masyarakat dan membentuk masa depan bangsa. Islam juga menekankan perlunya menghilangkan adat istiadat yang mendiskriminasi peran perempuan atau merampas hak-hak mereka. Dengan demikian, Syekhul-Azhar meminta kita semua untuk berpegang pada sumber-sumber otoritatif Islam yang benar dan menjauhi warisan permikiran yang bertentangan dengan Islam.

Di lain pihak, para tamu yang hadir menegaskan bahwa Al-Azhar menjadi otoritas terbesar bagi mereka sehingga mereka mempercayai kurikulum Al-Azhar, hanya mengambil fatwa darinya, dan  telah menerjemahkan kurikulum Al-Azhar untuk diajarkan kepada anak-anak muslim di negara mereka. Semua ini karena status Al-Azhar sebagai lembaga otoritas Islam yang moderat dan jaminan inti dari tujuan Al-Azhar dalam memperkuat perdamaian di dalam masyarakat. Mereka menegaskan bahwa fatwa-fatwa yang dikeluarkan Al-Azhar – khususnya mengenai perempuan – sangat disambut baik di negara mereka. Terakhir, mereka menyampaikan terima kasih kepada Imam Akbar atas dukungannya terhadap negara mereka berupa penyambuatan dan penerimaan pelajar asing berikut dalam memberikan suasana yang layak bagi mereka untuk menerima pendidikan Al-Azhar.


💡
Baca juga warta lain di rubrik BERITA atau pilih ragam tulisan di Tawazun ID

Latest