Skip to content

Syekh Muhammad Asy-Syafi'i Azh-Zhawahiri, Figur Alim dan Pendidik

Biografi ulama besar Al-Azhar yang mendedikasikan hidupnya berkhidmah di jalan ilmu. Ialah Syekh Muhammad Asy-Syafi'i dari keluarga Azh-Zhawahiri.

FOTO Kompleks makam keluarga Azh-Zhawahiri di Kairo, Mesir.
FOTO Kompleks makam keluarga Azh-Zhawahiri di Kairo, Mesir.

Ia bernama lengkap Muhammad Asy-Syafi'i bin Ibrahim bin Ibrahim Azh-Zhawahiri Asy-Syafi'i. Nisbah Asy-Syafi'i di paling akhir nama merujuk kepada mazhab fikih yang ia anut. Berbeda halnya dengan Asy-Syafi'i yang menjadi satu rangkaian dengan Muhammad. Rangkaian dua kata, yakni Muhammad Asy-Syafi'i merupakan satu kesatuan nama yang disematkan oleh ayahnya dengan mengharap kebaikan dari nama besar Imam Asy-Syafi'i. Sang ayah memang kerap memberi nama anak-anaknya dengan penambahan nama-nama tokoh Islam, seperti Muhammad Al-Husaini Azh-Zhawahiri dan Muhammad Al-Ahmadi Azh-Zhawahiri. Nisbah Azh-Zhawahiri merujuk kepada keluarga besarnya.

Meski beberapa sumber pustaka tidak menyebutkan secara pasti, buku Hai'ah Kibar Al-'Ulama fi Siyar A'lamiha Al-Qudama 1911-1961 menggunakan data kuat untuk menentukan tanggal lahirnya, yakni data diri kepegawaian di Al-Azhar. Muhammad Asy-Syafi'i lahir di Desa Kafr Asy-Syaikh Azh-Zhawahiri, Markaz Hihya, Provinsi Asy-Syarqiyyah, Mesir pada 24 Rajab 1284 H (21 November 1867 M).

Bahaya Laten Boneka Arwah (Spirit Doll) Menurut Islam
Mengoleksi boneka arwah atau spirit doll sedang menjadi tren. Bagaimana sebenarnya hukum memiliki dan mengoleksi boneka arwah menurut agama Islam?

Mengaji Sejak Dini

Muhammad Asy-Syafi'i kecil tumbuh di tengah keluarga terhormat yang dikenal arif dan mencintai ilmu. Ia menghafalkan Al-Quran dan belajar ilmu-ilmu dasar di lingkungan awalnya.

Setelah dibekali hafalan dan ilmu dasar yang cukup, ia melanjutkan pendidikan di bawah naungan Al-Azhar, tepatnya di Masjid Al-Ahmadi, Thantha, Mesir. Di Ma'had Al-Azhar Thantha inilah Muhammad Asy-Syafi'i muda dikenal sangat pandai, punya banyak hafalan, dan bersungguh-sungguh. Sifat baik ini pulalah yang terus dipertahankan bahkan kelak saat menjadi pengajar di almamater tercintanya ini.

Syekh Muhammad Asy-Syafi'i belajar kepada para ulama besar Al-Azhar di masa itu. Fase demi fase dilalui hingga pada tanggal 26 Muharam 1315 H (27 Juni 1897 M), beliau berhasil meraih Syahadah Al-'Alimiyyah dengan kategori Ad-Darajah Ats-Tsalitsah.

Karir Mengajar

Usai lulus, Syekh Muhammad Asy-Syafi'i bekerja menjadi pengajar di almamaternya, Ma'had Al-Azhar Thantha. Selain cerdas dan mempunyai memori yang kuat, beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam mengajar. Sebelum materi disampaikan kepada para murid, beliau akan mempelajari ulang seluruh materi hingga ke berbagai permasalahan mendetail.

Metode pengajaran beliau pun bernuansa khas Al-Azhar yang sangat kuat. Seperti menguasai betul kitab-kitab syarah, hasyiyah, dan taqarir. Beliau disebut sebagai sosok yang sangat merepresentasikan metode khas Al-Azhar di masa lampau.

Ide Tajdid Menurut Syekh Muhammad Abu Musa
Guru Besar Balaghah Universitas Al-Azhar, Syekh Muhammad Abu Musa menulis banyak kitab. Salah satunya kitab yang membahas pembaruan dalam Islam.

Salah satu murid beliau yang mencatatkan kenangan bersama sang guru ialah Syekh Abdulmuta'al Ash-Sha'idi. Sebagaimana dinukil dari Hayah Mujahid fi Al-Ishlah dalam Jamharah A'lam Al-Azhar Asy-Syarif, Syekh Abdulmuta'al Ash-Sha'idi menyebutkan, "Saya ditakdirkan untuk menimba ilmu mantik di majelis pembacaan Syarah Al-Khabishi yang diampu oleh seorang syekh yang punya tempat istimewa di hati saya, ialah Syekh Muhammad Asy-Syafi'i Azh-Zhawahiri." Ia pun bersaksi bahwa sang guru adalah sosok yang terlampau cerdas, mempunyai hafalan yang banyak, dan selalu menyiapkan bahan ajar secara matang sebelum dibawa ke majelis.

Beliau tercatat tidak hanya mengajar di Thantha. Dari Ma'had Al-Azhar Thantha itu, beliau lalu dipindah-tugaskan ke Ma'had Al-Azhar Al-Iskandariyyah. Kemudian, disusul beralih dari Al-Iskandariyyah ke Kairo, tepatnya pada Al-Qism Al-'Ali di Masjid Al-Azhar. Baru pada tahun 1348 H (1929 M), beliau berkhidmah mengajar di jenjang yang lebih tinggi, yakni Qism At-Takhashshush di Masjid Al-Azhar, Kairo.

Sosok Ulama Besar

Di usia yang sudah sepuh dan di jalan ilmu ini, Syekh Muhammad Asy-Syafi'i lantas meraih keanggotaan di lembaga elite Al-Azhar, yakni Hai'ah Kibar Al-'Ulama. Selain keanggotaan, sesuai qanun yang mengatur hal ini, beliau juga meraih anugerah kenegaraan bernama Kiswah At-Tasyrif Al-'Ilmiyyah dengan kategori Ad-Darajah Al-Ula.

Buku Termutakhir yang Mengulas Haiah Kibar Ulama Al-Azhar
Tidak banyak buku yang membahas Haiah Kibar Ulama Al-Azhar. Pada tahun ini, Al-Azhar menerbitkan buku termutakhir yang mengulas lembaga elite itu.

Beliau diangkat resmi menjadi anggota Hai'ah Kibar Al-'Ulama angkatan ke-8 jika dihitung sejak berdirinya lembaga itu, tepatnya pada 8 Rabiulawal 1349 H (13 Agustus 1930 M). Pengangkatan beliau bersamaan dengan dua syekh lain, yakni: Syekh Abdulhakam 'Atha dan Syekh Abdulmajid Al-Labban.

Sebagai bentuk penghormatan atas sumbangsih alim kabir ini kepada tanah air, Syekh Muhammad Asy-Syafi'i Azh-Zhawahiri juga dianugerahi tanda kehormatan dari negara, Wisam Al-Istihqaq dengan kategori Ath-Thabaqah Ats-Tsalitsah.

Di Jalan Ilmu dan Pendidikan

Syekh Muhammad Asy-Syafi'i Azh-Zhawahiri berkhidmah secara total dalam dunia pendidikan. Beliau mengajar di madrasah-madrasah di bawah naungan Al-Azhar.

Setelah pindah tugas dari satu madrasah ke madrasah lain serta resmi menjadi ulama besar, beliau lalu diangkat menjadi Syekhul-Ma'had (kepala sekolah) untuk Ma'had Al-Azhar Al-Iskandariyyah. Pengangkatan itu diresmikan dengan Keputusan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1931 M. Dengan ketetapan itu, beliau efektif menakhodai madrasah itu sejak 7 Safar 1350 H (24 Juni 1931 M). Beliau menduduki jabatan ini hingga memasuki usia pensiun pada tahun 1354 H (1935 M).

Resensi

Kumpulan ulasan buku dan kitab menarik dapat teman-teman baca

di sini

Warisan Karya

Syekh Muhammad Asy-Syafi'i mempunyai sejumlah karya berupa kitab dan sebagian masih berbentuk manuskrip, di antaranya:

- Risalah fi Al-Akhlaq (Al-Akhlaq Al-Islamiyyah)
Kitab ringkas ini masih berupa manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan Umum Al-Azhar dengan nomor umum 31847 dan nomor khusus 296 kategori tarbiyyah wa ijtima'. Kitab ini disusun dengan menyesuaikan kurikulum pelajar kelas dua pada jenjang Al-Qism Al-Awwali, jenjang di Al-Azhar yang di masa ini setara dengan Al-I'dadi (setara SMP).

- Khulasah At-Tahqiq fi 'Ulum Al-Balaghah
Kitab ini masih berupa manuskrip yang tersimpan di perpustakaan pribadi cucu beliau, Prof. Dr. Muhammad Kazhim Azh-Zhawahiri, Guru Besar Balaghah di Universitas Al-Azhar di masa ini.

- Bahts fi Al-Muystarak wa Al-Mutaradif wa Atsaruhuma fi Al-Lughah Al-'Arabiyyah
Risalah dalam bahasan ilmu nahwu ini masih berupa manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan Umum Al-Azhar dengan nomor umum 175412 dan nomor khusus 8910 kategori nahwu.

- Bahts fi Al-Isytiqaq wa Al-Musytaq
Risalah dalam bahasan ilmu nahwu ini masih berupa manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan Umum Al-Azhar dengan nomor umum 175765 dan nomor khusus 8913 kategori nahwu.

- Al-Manthiq Al-Qadim wa Al-Hadits
Kitab ini beliau tulis bersama penulis lain.

Asal Mula Tradisi Berziarah Saban Jumat di Al-Azhar
Para talib Al-Azhar mempunyai tradisi ziarah saban Jumat. Guru besar Al-Azhar Syekh Fathi Hijazi mengisahkan riwayat ini dari gurunya.

Akhir Hayat

Di hari-hari tua, Syekh Muhammad Asy-Syafi'i Azh-Zhawahiri masih terus mengabdi untuk ilmu dengan mengajar.

Terdapat perbedaan pada tarikh wafat beliau. Syekh Usamah As-Sayyid Al-Azhari dalam ensiklopedia biografi para tokoh Al-Azhar, Jamharah A'lam Al-Azhar Asy-Syarif menyebutkan bahwa beliau wafat pada tahun 1943 M. Tanpa adanya tanggal yang detail serta sumber yang terang. Lain halnya dengan sumber yang digunakan oleh tim penyusun Hai'ah Kibar Al-'Ulama fi Siyar A'lamiha Al-Qudama 1911-1961, yakni menggunakan arsip dokumen pengabdian resmi beliau sendiri yang ditutup dengan akta wafat dari otoritas Mesir.

Islam dalam Kacamata Annemarie Schimmel
Orientalisme tak sepenuhnya hadir untuk memusuhi Islam. Sebagian dari mereka berangkat dari keterbukaan intelektual, Annemarie Schimmel misalnya.

Syekh Muhammad Asy-Syafi'i Azh-Zhawahiri wafat pada hari Ahad, 25 Rabiulakhir 1359 H (2 Juni 1940 M). Tarikh inilah yang berdasarkan data kuat tersebut.

Selain meninggalkan karya dan nilai-nilai keteladanan, beliau meninggalkan 4 orang putra. Mereka adalah Syekh Muhammad yang kelak juga menjadi ulama besar Al-Azhar, Ibrahim, Syekh Hasan yang kelak menjadi ulama ahli bahasa, dan Mahmud.


💡
Baca juga artikel lain di rubrik BIOGRAFI atau tulisan menarik Mu'hid Rahman

Latest